Senin, 23 September 2013

Nasehat tentang penyakit cinta dunia

BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM

"Cinta Dunia Sumber dari segala kesalahan. Didalam harta kekayaan terdapat penyakit (hati) yang banyak sekali. Penyakit itu adalah bangga diri dan angkuh. sifat cinta dunia akan melupakankan dzikir kepada Allah dan tersibukkan diri dengan hal yang tidak bermanfaat untuk akhirat".


(Ashabul Muslimin)

"Cinta dunia adalah penyebab neraka penuh padat penghuninya. Zuhud adalah penyebab orang beruntung masuk kedalam surga. Mabuk cinta dunia lebih berbahaya daripada mabuk arak. Orang mabuk arak gampang sadar setelah bangun tidur atau diguyur kepalanya dengan air, orang mabuk dunia tidak akan mempan disadarkan oleh apapun juga melainkan ia telah masuk liang lahat (mati)"

(ashabul muslimin)

"Cinta dunia itu arak setan. barangsiapa mabuk karenanya ia tidak akan sadar melainkan setelah berada diantara orang yang sudah mati, menyesal bersama orang-orang yang merugi"

(Yahya Bin Muadz ra.)

"Didunia ini semua manusia sedang bertamu, dan hartanya adalah pinjaman. Setiap tamu pasti akan pergi lagi dan setiap pinjaman harus dikembalikan kepada pemiliknya"

(Abdullah bin Mas'ud)

"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya didunia dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi diakhirat tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang merka perbuat didunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan."

(al-Qur'an Surat Hud ayat 15 - 16)


"Dunia ini memang indah dipandang mata, dan menyenangkan hawa nafsu manusia, namun menyengsarakan hati nuraninya. Dunia ini berisi 4 perangkap mematikan hati manusia  berupa harta, kedudukan, hiburan syahwat dan wanita. dan wanita adalah fitnah terbesar untuk kaum adam (laki-laki)"

(Ashabul Muslimin)

" Ada tujuh kerusakan besar yang ditimbulkan akibat penyakit hubbuddunya (cinta dunia/hidup bermewah-mewahan) :
Pertama, pelakunya akan mengagungkan dunia, meremehkan agama, dia akan terhalang melakukan dzikir dan amalan shalih sebagai bekal menuju akhiratnya.

Kedua, penyebab turunnya azab/murka Allah kepada seorang hamba didunia.

Ketiga, Orang pencinta dunia akan menjadikan dunia sebagai harapan besar / tujuan hidupnya, dia lupa kalau didunia ini cuman "mampir"saja. Semua yang telah dicari tidak ada yang dibawa mati.

keempat, Cinta dunia penyebab munculnya sifat tamak, rakus, sombong, dan angkuh.

Kelima, Allah akan mencerai-beraikan urusannya, dan mempersempit kehidupannya. Dunia tidak akan datang melainkan apa-apa yang sudah dijatahkan oleh Allah kepadanya.

keenam, tiada tempat kembali diakhirat melainkan neraka.

ketujuh, menjadikan manusia bodoh, dungu dan tidak berakal sehat. meskipun ia secara medis dibilang sehat, tetapi dia hakikatnya seorang yang gila. Karena antara baik dan buruk sudah tak ada bedanya bagi dia".

(Ashabul Muslimin dari nasehat ulama)

"Wahai penghuni dunia,
Dunia ini akan habis dan fana
sungguh siapapun yang tertipu
dengan sesuatu naungan yang bakal sirna
adalah kebodohan yang sangat nyata"

(ashabul muslimin dari syair salaf)

"Dunia itu hanya ibarat sebagai seorang laki-laki yang tertidur. Dia bermimpi melihat hal-hal yang disukainya dan juga dibencinya, kemudian ia terbangun."

(Yunus bin Abdul 'Ala)

"dunia ini hanyalah sebuah ilusi, atau angan-angan kosong yang cepat hilang, dunia mudah menyihir (memikat) hati manusia yang lalai dari dzikir (mengingat Allah) dan lalai mengingat datangnya kematian".

(Ashabul Muslimin)

"Dunia ini mirip bayang-bayang. Disangka hakikatnya tetap, padahal semakin dikejar semakin tidak kesampaian, sampai pengejarnya mati kehausan.

Wahai sahabat,kejarlah akhirat ! semakian dikejar ia semakin ia dekat. Itulah kehidupan yang nyata."

(Ashabul Muslimin)


"dunia ini ibarat perempuan tua renta yang bersolek dan ditutupi pakaian-pakaian mewah yang memikat siapapun untuk mendekatinya, setelah ia menikah dengan perempuan itu disangkanya cantik jelita, setelah hijab perempuan itu dibuka, ternyata sesal, sakit hati dan kecewa yang didapatkannya. Sadarilah saudara, kesenangan dunia ini penipu !"

(Ashabul Muslimin)

"Penyakit cinta dunia penyebab sakit hati yang kekal takkan pernah terobati !"

(Ashabul Muslimin)

Jumat, 13 September 2013

Tokoh Islam : Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra.

Beliau ( Lahir: 61 H. - Wafat: 101 H. )

Inilah biografi kelima dari serial penuh berkah ini, para tokoh Salaf,
biografi khalifah yang zuhud, imam, ahli ibadah, Umar bin Abdul Aziz.
Seandainya kita bersikap obyektif, niscaya dia menjadi pembuka
biografi ini, karena dia lebih utama dalam pujian daripada orang-orang
yang sebelumnya, dan karena memiliki kelebihan dalam keutamaan dan
kemuliaan. Dialah pembaharu pertama bagi pemuda Islam di penghujung
seratus tahun pertama, orang yang paling harum perjalanan hidupnya,
dan paling harum batinnya. Dunia datang kepadanya dengan pasukan
berkendara dan berjalan kaki. Dia memenuhi bumi dengan keadilan,
setelah (sebelumnya) dunia dipenuhi dengan kezhaliman. Dia merubah
permukaan bumi dalam waktu dua tahun lebih lima bulan. Beliau
menjalankan misinya dan menghadap Rabbnya.

Abu Nu'aim mengatakan dalam biografinya, Dia adalah orang nomor satu
dari umatnya dalam hal keutamaan, dan paling unggul dari kaum
kerabatnya dalam hal keadilan. Dia menghimpun zuhud dan kesucian diri,
wara' dan sifat merasa cukup. Dia disibukkan oleh kehidupan akhirat
daripada kehidupan dunia, dan menegakkan keadilan telah melalaikannya
dari kezhalimannya. Dia adalah khalifah yang menjaga keamanan dan
perdamaian untuk rakyatnya, serta sebagai hujjah dan bukti atas siapa
saja yang me-nyelisihinya. Dia adalah seorang yang cakap lagi berilmu,
mampu memberikan pemahaman lagi bijaksana.

Ketika kita diberi kehormatan untuk menuliskan keutamaan-keutamaannya
dan merangkai jejak-jejaknya dalam syair, kita ber-harap kepada Allah
Yang Mahabesar kebaikan yang banyak.

Ahmad bin Hanbal mengatakan, Jika engkau melihat seseorang mencintai
Umar bin Abdul Aziz dan menyebut kebaikan-kebaikannya serta
menyebarkannya, maka ketahuilah bahwa ada kebaikan di balik itu, insya
Allah. Siapakah yang membaca sirah Imam ini lalu hatinya tidak
dipenuhi dengan kecintaan kepadanya, padahal dia telah menghimpun
berbagai keutamaan dan jiwanya jauh dari kekurangan dan kehinaan?!
Tampak padanya tanda-tanda kemuliaan sejak kecil. Dia mengkhatamkan
al-Qur`an, dan tidak sibuk dengan kemewahan dan kekayaan sebagaimana
kebiasaan para pemimpin. Tetapi dia mencari kemuliaan hakiki dan
kehormatan yang abadi. Dia pergi ke Madinah RasulNya, duduk di majelis
para ahli fikih Madinah, dan mengambil ilmu, petunjuk dan sifat
mereka. Dia tidak pernah mengincar sebagai khalifah satu hari pun, dia
bukan keturunan khalifah, dia keturunan Abdul Aziz bin Marwan,
sementara tampuk kekhalifahan ada pada keturunan Abdul Malik bin
Marwan. Tetapi takdir yang luhur memilihnya untuk menjadi khalifah,
meskipun usianya masih muda dan masa kepemimpinannya sebentar, di mana
kekhalifahannya serupa dengan kekhalifahan ash-Shiddiq Abu Bakar:
Mengembalikan hak-hak yang dizhalimi, mengangkat ahli kebajikan dan
keshalihan sebagai pejabat, dan memecat ahli kezhaliman dan kerusakan.
Sehingga pengangkatan seseorang sebagai pejabat yang dilakukannya
(dijadikan) sebagai ta'dil (penilaian adil) di kalangan para imam
al-Jarh wa at-Ta'dil. Mereka mengata-kan, Dia diangkat oleh Umar bin
Abdul Aziz sebagai pejabat. Lewat perantaranya, Allah memuliakan agama
ini, meninggikan mercusuar Sunnah, dan memadamkam api bid'ah, sehingga
ahli bid'ah tertekan lagi terhina, dan mereka tidak berani berterus
terang dengan bid'ah mereka. Dia memerintahkan agar menulis hadits dan
menghimpunnya, sehingga kebaikan menjadi banyak, kesha-lihan merata,
dan berbagai urusan hamba tertata.

Dari Awanah bin al-Hakam, dia mengatakan, Tatkala Umar bin Abdul Aziz
menjadi khalifah, para penyair datang kepadanya dan berdiri di depan
pintu istananya selama beberapa hari tanpa diizinkan masuk. Ketika
mereka dalam keadaan demikian, pada suatu hari, dan mereka telah
berniat untuk pergi, tiba-tiba Raja` bin Haiwah –salah seorang
pengkhutbah penduduk Syam– lewat di hadapan mereka. Tatkala Jarir
melihatnya masuk menemui Umar bin Abdul Aziz, maka dia bersenandung,
Wahai laki-laki yang terulur sorbannya Inilah saatmu, maka mintakan
izin untuk kami pada Umar Ia pun masuk dan tidak menyebutkan urusan
mereka sedikit pun. Kemudian Adi bin Artha`ah lewat di hadapan mereka,
maka Jarir mengatakan,Wahai kafilah yang menggiring kendaraannya
Inilah zamanmu, sementara zamanku telah berlalu
Sampaikan pada khalifah kami jika engkau bertemu dengannya
Aku berada di depan pintu seperti dibelenggu pada tanduk
Jangan lupa keperluanku, semoga engkau mendapat ampunan Sungguh aku
telah lama di sini meninggalkan keluarga dan tanah airku
Adi pun masuk menemui Umar, lalu dia mengatakan, Wahai Amirul
Mukminin, para penyair ada di depan istanamu. Panah mereka itu
beracun, dan kata-kata mereka itu menembus. Umar mengatakan, Kasihan
engkau, wahai Adi! Apa problemku dengan para penyair?! Dia mengatakan,
Semoga Allah memuliakan Amirul Mukminin. Sesungguhnya Rasulullah
dipuji, lalu beliau memberi, dan pada diri Rasulullah terdapat teladan
yang baik bagimu. Umar bertanya, Bagaimana (itu bisa terjadi)? Dia
me-ngatakan, Al-Abbas bin Mirdas as-Sulami memujinya, maka beliau
memberikan pakaian kepadanya, lalu beliau berhenti bicara karenanya.
Kemudian Umar mengizinkan Jarir masuk menemuinya. Dia pun masuk seraya
berkata, Sesungguhnya yang mengutus Nabi Muhammad Telah memberikan
khilafah kepada Imam yang adil Keadilan dan kewibawaannya memenuhi
khilafah Hingga meluruskan kecenderungan orang yang menyimpang
Sesungguhnya aku benar-benar berharap padamu kebaikan yang disegerakan
Dan jiwa itu dikodratkan menyukai suatu yang disegerakan
Umar mengatakan, Wahai Jarir, aku tidak melihatmu memi-liki hak di
sini. Dia mengatakan, Ya, aku mempunyai hak, wahai Amirul Mukminin,
aku adalah ibnu sabil yang terlunta-lunta. Umar pun memberikan
kepadanya dari hartanya sebanyak seratus dirham. Kemudian dia keluar,
maka para penyair berkata, Apa yang ada di belakangmu? Dia mengatakan,
Sesuatu yang menya-kitkan kalian. Aku keluar dari sisi Amirul
Mukminin, sedang dia memberi kaum fakir dan menghalangi para penyair.
Namun, aku ridha kepadanya. Kemudian dia berucap, Aku melihat jampi
setan tidak mempan terhadapnya Padahal sungguh setanku dari jin telah
menjampinya Kami memohon kepada Allah agar memberikan Umar yang lain
kepada umat Islam, yang akan mengembalikan kejayaan dan kemuliaan
umat. Dan Allah-lah yang memberi taufik kepada ketaatan, dan yang
menuntun kepada derajat yang tertinggi.

1. NAMA, KELAHIRAN, DAN CIRI-CIRI UMAR BIN ABDUL AZIZ

Nama: Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu al-Ash bin
Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Mannaf bin Qushai bin Kilab, seorang
imam, hafizh, allamah, mujtahid, ahli zuhud, ahli ibadah, sayyid,
Amirul Mukminin yang sesungguhnya, Abu Hafsh, al-Qurasyi, al-Umawi,
al-Madani, kemudian al-Mishri, seorang khalifah yang zuhud, lurus,
orang yang kepalanya terdapat luka dari kalangan Bani Umayyah.
Kelahiran: Umar dilahirkan di Hulwan, sebuah kota di Mesir. Ayahnya
adalah gubernur di sana pada tahun 61 -konon 63-, dan ibunya adalah
Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin al-Khaththab. Al-Fallas
mengatakan, Aku mendengar al-Khuraibi mengata-kan, Al-A'masy, Hisyam
bin Urwah, Umar bin Abdul Aziz, dan Thalhah bin Yahya dilahirkan pada
tahun terbunuhnya al-Husain, yakni 61 H. Demikian pula hal itu
dikatakan oleh Khalifah bin Khayyath dan banyak lainnya tentang
kelahirannya. Ciri-cirinya: Sa'id bin Ufair mengatakan, Ia berkulit
coklat, berwajah lembut, menawan, bertubuh kurus, berjenggot bagus,
bermata lebar, pada wajahnya terdapat bekas tiupan unta (semacam
lesung pipit). Hamzah bin Sa'id mengatakan, Umar bin Abdul Aziz masuk
ke kandang ayahnya saat dia masih kecil, maka dia dihantam seekor kuda
hingga membuat kepalanya terluka. Ayahnya pun mengusap darah darinya
seraya mengatakan, 'Jika engkau adalah orang yang kepalanya terdapat
luka dari kalangan Bani Umayyah, sesungguh-nya engkau kalau begitu
benar-benar bahagia'. Dari Yahya bin fulan, dia mengatakan, Muhammad
bin Ka'ab al-Qurazhi datang kepada Umar bin Abdul Aziz, dan dulu Umar
bertubuh bagus, lalu dia menatapnya dengan tajam tanpa berkedip. Maka
Umar berkata, Wahai Ibnu Ka'ab, mengapa engkau meman-dangku
seakan-akan engkau belum pernah memandangku sebe-lumnya. Dia
mengatakan, Wahai Amirul Mukminin, dulu aku melihatmu bertubuh bagus,
dan sekarang aku melihat kulitmu telah pucat, tubuhmu telah kurus, dan
rambutmu hilang. Umar mengatakan, Wahai Ibnu Ka'ab, bagaimana
menurutmu seandai-nya engkau melihatku di dalam kubur setelah tiga
hari, dalam keadaan dua biji mataku berada di atas pelipisku,
tenggorokanku meleleh, dan mulutku penuh nanah dan larva, tentu engkau
lebih mengingkari terhadap (keadaan)ku. Ats-Tsa'labi mengatakan dalam
Latha`if al-Ma'arif, Umar bin al-Khaththab adalah botak bagian depan
kepalanya, lalu Utsman, Ali, Marwan bin al-Hakam, dan Umar bin Abdul
Aziz, kemudian kebotakan itu terputus dari para khalifah.

2. PERMULAAN PENCARIAN ILMU YANG DILAKUKAN UMAR BIN ABDUL AZIZ DAN
PENGANGKATANNYA SEBAGAI KHALIFAH

Dari az-Zubair bin Bakkar, dari al-Utbi, dia mengatakan, Mula-mula
yang tampak jelas dari Umar bin Abdul Aziz bahwa ayahnya menjadi
gubernur Mesir, sementara dia masih belia. Di-ragukan, apakah sudah
baligh atau belum. Ketika ayahnya ingin membawanya keluar, Umar
berkata, 'Wahai ayah, mungkin lebih bermanfaat bagiku dan bagimu bila
engkau membawaku ke Madi-nah, sehingga aku bisa duduk di majelis para
ahli fikih penduduk-nya, dan beradabkan dengan adab-adab mereka.'
Ayahnya pun mengirimkannya ke Madinah, lalu di sana dia menjadi
masyhur dengan ilmu dan akalnya, meskipun masih belia usianya.
Kemudian Abdul Malik bin Marwan mengirim utusan kepadanya agar pulang
pada saat ayahnya meninggal, lalu membaurkannya dengan anak-anaknya,
dan mengutamakannya dibandingkan kebanyakan dari mereka, serta
menikahkannya dengan putrinya, Fathimah yang dikatakan mengenainya,
Putri khalifah dan khalifah adalah kakeknya Saudari perempuan khalifah
dan khalifah adalah suaminya Abu Mushir mengatakan, Umar menjadi
gubernur Madinah pada masa pemerintahan al-Walid, dari tahun 86 hingga
93 H.

As-Suyuthi mengatakan, Ia sudah hafal al-Qur`an sejak masih kecil.
Ayahnya mengirimkannya ke Madinah agar belajar di sana. Dia pergi
bolak balik ke rumah Ubaidullah bin Abdullah untuk mendengar ilmu
darinya. Ketika ayahnya meninggal, Abdul Malik memintanya pergi ke
Damaskus, dan menikahkannya dengan putrinya, Fathimah. Sebelum menjadi
khalifah, dia (Abdul Malik) unggul dalam keshalihan juga. Cuma, dia
berlebihan dalam ber-gelimang kenikmatan dan congkak dalam berjalan.
Ketika al-Walid memegang tampuk kekhalifahan, dia mengangkat Umar bin
Abdul Aziz sebagai gubernur Madinah. Dia pun menjadi gubernur di sana
sejak tahun 86 hingga 93. Setelah al-Walid memecatnya, dia pergi ke
Syam.

Kemudian al-Walid bertekad untuk mencopot saudaranya, Sulaiman dari
statusnya sebagai putra mahkota, dan bermaksud mengangkat putranya
sebagai putra mahkota. Banyak dari pemuka menaatinya, baik suka rela
maupun terpaksa, tapi Umar bin Abdul Aziz menolaknya seraya
mengatakan, Ada bai'at di leher kami untuk Sulaiman. Al-Walid pun
murka dan mengurung Umar dalam kamar tertutup . Kemudian dia diberi
syafa'at setelah tiga hari, ternyata mereka mendapatinya dalam keadaan
lehernya telah lemas. Ketika hal itu diberitahukan kepada Sulaiman,
maka dia menjanjikan khilafah kepadanya.

Dari Raja` bin Haiwah, dia mengatakan, Tatkala hari Jum'at, Sulaiman
bin Abdul Malik memakai pakaian tenun berwarna hijau, dan memandang di
cermin seraya mengatakan, 'Aku, demi Allah, adalah raja yang masih
muda.' Kemudian dia pergi ke tempat shalat untuk memimpin manusia
melaksanakan shalat Jum'at. Dia tidak pulang hingga tubuhnya panas.
Ketika tubuhnya sudah berat, dia menulis surat pengangkatan putra
mahkota kepada putranya, Ayyub sedangkan dia adalah anak yang belum
baligh. Maka aku katakan, 'Apakah yang engkau lakukan, wahai Amirul
Mukminin? Sesungguhnya yang menjadikan seorang khalifah terpelihara di
kuburnya ialah mengangkat seseorang yang shalih sebagai khali-fah.'
Dia mengatakan, 'Ini adalah surat yang karenanya aku terus
beristikharah kepada Allah. Aku mencermatinya, dan aku belum
memastikannya.' Dia pun berdiam sehari atau dua hari, lalu dia
membakarnya. Kemudian dia memanggilku seraya berkata, 'Bagai-mana
pendapatmu tentang Dawud bin Sulaiman?' Aku menjawab, 'Ia hilang di
Konstantinopel sementara engkau tidak tahu, apakah dia masih hidup
ataukah sudah mati?' Dia mengatakan, 'Wahai Raja`, lalu siapakah yang
engkau pandang?' Aku katakan, 'Menurut pendapatmu, wahai Amirul
Mukminin, sementara akulah yang menilai siapa yang engkau sebutkan.'
Dia mengatakan, 'Bagaimana pendapatmu tentang Umar bin Abdul Aziz?'
Aku menjawab, 'Aku mengetahuinya -demi Allah- sebagai orang yang
utama, terbaik, Muslim.' Dia mengatakan, 'Dia, demi Allah, memang
demikian. Namun, jika aku mengangkatnya sementara aku tidak mengangkat
seorang pun dari anak Abdul Malik, niscaya hal itu akan menjadi
fitnah, dan mereka tidak membiarkannya selamanya untuk me-mimpin
mereka. Kecuali bila aku menjadikan salah seorang dari mereka setelah
Umar -dan Yazid bin Abdul Malik saat itu hilang di Mausim-.' Dia
mengatakan, 'Kalau begitu, aku jadikan Yazid bin Abdul Malik setelah
Umar, jika itu membuat mereka tenang dan ridha.'
Aku katakan, 'Pendapatmu benar.' Dia pun menulis dengan tangannya,
Amanat Sulaiman kepada Umar
Bismillah ar-rahman ar-rahim
Ini adalah surat dari hamba Allah, Sulaiman Amirul Mukminin kepada
Umar bin Abdul Aziz. Sesungguhnya aku mengangkatnya sebagai khalifah
sesudahku, dan sesudahnya adalah Yazid bin Abdul Malik. Maka,
dengar-lah dia dan taatilah, bertakwalah pada Allah dan jangan
berselisih se-hingga timbul ketamakan pada kalian.
Dari Sahl bin Yahya bin Muhammad al-Marwazi, dia menga-takan, ayahku
mengabarkan kepadaku dari Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz, dia
mengatakan, Ketika Umar bin Abdul Aziz mengubur Sulaiman bin Abdul
Malik dan naik dari tempat kubur-nya, dia mendengar tanah bergemuruh,
maka dia mengatakan, 'Suara apakah ini?' Dijawab, 'Ini suara kendaraan
kekhalifahan, wahai Amirul Mukminin. Kendaraan ini didekatkan kepadamu
agar engkau menungganginya.' Dia mengatakan, 'Aku tidak punya urusan
dengan kendaraan itu, jauhkanlah dariku. Bawalah baghal-ku kepadaku.'
Baghalnya pun dibawakan kepadanya lalu dia menungganginya. Ketika
pengawal datang berjalan di depannya dengan membawa tombak, maka dia
mengatakan, 'Menjauhlah dariku, aku tidak punya urusan denganmu. Aku
hanyalah seorang Muslim.' Kemudian dia berjalan, sedangkan orang-orang
berjalan bersamanya hingga masuk masjid. Kemudian dia naik ke atas
mimbar, dan orang-orang berkumpul kepadanya, seraya mengata-kan,
'Wahai manusia, sesungguhnya aku telah diuji dengan urusan ini tanpa
terpikir olehku, tanpa memintanya, dan tanpa pula mu-syawarah dari
kaum Muslimin. Sesungguhnya aku telah melepas bai'atku dari leher
kalian, maka pilihlah untuk diri kalian sendiri.' Orang-orang pun
berteriak dengan teriakan yang sama, 'Kami telah memilihmu, wahai
Amirul Mukminin, dan kami ridha kepa-damu, maka pimpinlah urusan kami
dengan penuh keberkahan.' Ketika dia melihat suara telah tenang, dan
manusia telah ridha kepadanya, maka dia memuji Allah dan menyanjungnya
serta ber-shalawat kepada Nabi, seraya mengatakan, 'Aku berpesan
kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, karena takwa kepada Allah
adalah pengganti dari segala sesuatu, sedangkan ketakwaan kepada Allah
itu tidak memiliki pengganti. Beramallah untuk akhirat kalian, karena
barangsiapa beramal untuk akhiratnya, maka Allah mencukupi urusan
dunianya. Perbaikilah batin kalian, niscaya Allah Yang Maha Pemurah
akan memperbaiki zahir kalian. Perbanyaklah mengingat kematian, dan
persiapkanlah dengan baik sebelum kematian datang kepada kalian,
karena dia adalah peng-hancur kenikmatan. Karena barangsiapa yang
tidak mengenang bapak yang masih hidup dari kalangan bapak-bapaknya
antara dia dengan Adam, niscaya itu menyebabkannya berkeringat dalam
kematian. Sesungguhnya umat ini tidak berselisih tentang Rabb mereka,
tentang Nabi mereka, atau tentang Kitab mereka, tetapi mereka
berselisih tentang dinar dan dirham. Sesungguhnya aku, demi Allah,
tidak memberi suatu yang batil kepada seseorang, dan tidak pula
menghalangi seseorang dari haknya.'

Kemudian dia mengeraskan suaranya hingga dia bisa mem-perdengarkannya
kepada banyak orang, dengan pernyataannya,

'Wahai manusia, barangsiapa menaati Allah, maka dia wajib ditaati, dan
barangsiapa bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada ketaatan
kepadanya. Taatilah aku selama aku menaati Allah. Jika aku durhaka
kepada Allah, maka kalian tidak wajib menaatiku'.

3. PUJIAN ULAMA DAN KECINTAAN MANUSIA KEPADA UMAR BIN ABDUL AZIZ

Sufyan ats-Tsauri mengatakan, Khalifah ada lima: Abu Bakar, Umar,
Utsman, Ali, dan Umar bin Abdul Aziz. Dari Zaid bin Aslam, dari Anas,
dia mengatakan, Aku tidak pernah shalat di belakang seorang imam pun
sesudah Rasulullah yang lebih mirip shalatnya dengan shalat Rasulullah
dibandingkan pemuda ini. Yakni Umar bin Abdul Aziz, yang saat itu
sebagai gubernur Madinah. Zaid bin Aslam mengatakan, Ia
menyempur-nakan rukuk dan sujud, meringankan berdiri dan duduk. Hadits
ini memiliki jalur-jalur lainnya dari Anas, yang diriwayatkan
al-Baihaqi dalam Sunannya dan selainnya. Muhammad bin al-Husain pernah
ditanya tentang Umar bin Abdul Aziz, maka dia mengatakan, Dia adalah
orang paling mulia dari Bani Umayyah, dan dia akan dibangkitkan pada
Hari Kiamat sebagai umat seorang diri.

Dari Sufyan, dia mengatakan, Para ulama (disejajarkan) ber-sama Umar
bin Abdul Aziz sebagai murid.

Ketika datang berita kematian Umar bin Abdul Aziz, maka al-Hasan
mengatakan, Orang terbaik telah meninggal.

Dari Abu Sa'id al-Firyabi, dia mengatakan, Ahmad bin Hanbal
mengatakan, Sesungguhnya Allah mendatangkan kepada manu-sia pada
setiap penghujung seratus tahun (satu abad) orang yang mengajarkan
sunnah-sunnah kepada mereka, dan menghilangkan kedustaan dari
Rasulullah. Kami memperhatikan, ternyata di peng-hujung seratus tahun
terdapat Umar bin Abdul Aziz, dan di peng-hujung dua ratus tahun
terdapat asy-Syafi'i.

Dari Suhail bin Abu Shalih, dia mengatakan, Aku bersama ayahku pada
pagi Arafah, lalu kami berdiri untuk melihat Umar bin Abdul Aziz,
sementara dia adalah Amirul Hajj, maka aku katakan, 'Wahai ayah, demi
Allah, aku benar-benar melihat Allah mencintai Umar.' Dia bertanya,
'Mengapa?' Aku menjawab, 'Karena sesuatu yang aku lihat, yaitu
kecintaan yang dimasukkan ke dalam hati manusia. Engkau telah
mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, إِذَا أَحَبَّ
اللّٰهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيْلَ: إِنَّ اللّٰهَ قَدْ أَحَبَّ فُلَانًا
فَأَحِبُّوْهُ. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil
Jibril (lalu Jibril menyeru kepada penduduk langit), 'Sesungguhnya
Allah mencintai fulan, maka cintailah ia'.

Adz-Dzahabi mengatakan, Orang ini bagus fisik dan akhlak-nya, sempurna
akalnya, bagus sifatnya, bagus kepemimpinannya, sangat menginginkan
keadilan semaksimal mungkin, luas ilmunya, faqih, tampak kecerdasan
dan kepahamannya, senantiasa bertaubat, taat kepada Allah lagi lurus,
zuhud meskipun sebagai khalifah, berbicara dengan kebenaran meskipun
sedikit pendukung dan banyak pejabat yang zhalim, yang merasa jemu
terhadapnya dan tidak suka bila dia menyelidiki mereka. Dia mengurangi
jatah me-reka, dan mengambil banyak dari apa yang ada di tangan mereka
yang telah mereka ambil dengan tanpa hak. Mereka tetap demikian hingga
mereka meminuminya dengan racun, sehingga dia meraih syahadah dan
kebahagiaan. Sementara para ahli ilmu mengkatego-rikannya sebagai
Khulafa` Rasyidin dan ulama yang beramal.

Dari Ibnu Aun, dia mengatakan, Ibnu Sirin apabila ditanya tentang
arak, maka dia menjawab, 'Ini dilarang oleh Imam al-Huda', dia
memaksudkan Umar bin Abdul Aziz.

Juwairiyah bin Asma` (Kibar al-Atba`) mengatakan, Ketika Umar bin
Abdul Aziz diangkat sebagai khalifah, Bilal bin Abu Burdah datang
kepadanya untuk mengucapkan selamat kepadanya seraya mengatakan,
Dahulu kekhalifahan membuat seseorang mulia, maka sekarang sungguh
engkaulah yang memuliakan khilafah. Dahulu kekhilafahan menghiasi
seseorang, maka sekarang sungguh engkaulah yang menghiasi
kekhalifahan. Engkau seba-gaimana kata Malik bin Asma`,

Engkau lebih harum daripada parfum paling wangi Bila engkau
menyentuhnya adakah yang menyerupaimu Jika mutiara menghiasi wajah
yang menawan Maka sungguh keindahan wajahmu telah menghiasi mutiara
itu

4. RASA TAKUT DAN TANGISAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari al-Mughirah bin Hakim, dia mengatakan, Fathimah binti Abdul Malik
mengatakan kepadaku, 'Wahai Mughirah, mungkin di antara kaum laki-laki
terdapat orang yang lebih banyak shalat dan puasanya daripada Umar.
Tetapi aku tidak melihat seorang pun dari manusia yang lebih takut
kepada Rabbnya daripada Umar. Apabila masuk rumah, dia menjatuhkan
dirinya di tempat sujud-nya, lalu dia tidak henti-hentinya menangis
dan berdoa hingga tertidur. Kemudian dia bangun lalu melakukan hal itu
di sepanjang malamnya'. Dari Abdul Aziz bin al-Walid bin Abi as-Sa`ib,
dia mengata-kan, Aku mendengar ayahku mengatakan, 'Aku tidak melihat
seorang pun takut -atau khusyu'- yang lebih tampak pada wajahnya
daripada Umar bin Abdul Aziz'.

Dari Mazid bin Hausyab -saudara al-Awwam-, dia mengata-kan, Aku tidak
melihat orang yang lebih takut daripada al-Hasan dan Umar bin Abdul
Aziz. Seakan-akan neraka tidak diciptakan kecuali untuk keduanya. Dari
Hisyam bin al-Ghaz, dia mengatakan, Kami singgah di suatu tempat saat
pulang dari Dabiq. Ketika kami berangkat, Makhul berlalu, dan dia
tidak memberitahu kami hendak ke mana. Kami pun berjalan terus hingga
kami melihatnya, lalu kami bertanya, 'Hendak pergi ke mana engkau?'
Dia menjawab, 'Aku mendatangi kubur Umar bin Abdul Aziz untuk
mendoakannya.' Kemudian dia mengatakan, 'Seandainya aku bersumpah,
maka aku tidak ber-istitsna` (mengecualikan). Tidak ada pada zamannya
orang yang lebih takut kepada Allah daripada Umar. Seandainya aku
bersum-pah, maka aku tidak beristitsna` (mengecualikan). Tidak ada
pada zamannya orang yang lebih berzuhud di dunia daripada Umar'.

Qatadah mengatakan, Seorang laki-laki yang biasa dipanggil Ibnu
al-Ahtam mengunjungi Umar bin Abdul Aziz, lalu dia tidak
henti-hentinya menasihatinya sementara Umar menangis hingga jatuh
pingsan.

Dari Abdussalam mantan sahaya Maslamah bin Abdul Malik, dia
mengatakan, Umar bin Abdul Aziz menangis, maka Fathimah menangis, lalu
penghuni rumah menangis, tanpa mereka menge-tahui apa yang membuat
mereka menangis. Ketika kesulitan telah sirna dari mereka, maka
Fathimah berkata kepadanya, 'Ayahku menjadi tebusanmu, wahai Amirul
Mukminin, karena apa engkau menangis?' Umar menjawab, 'Wahai Fathimah,
aku teringat tem-pat berpulang kaum di hadapan Allah, satu golongan di
surga dan satu golongan lainnya di neraka.' Kemudian dia menangis
keras dan pingsan.

Dari Atha` bin Abu Rabah, dia mengatakan, Fathimah istri Umar bin
Abdul Aziz menceritakan kepadaku bahwa suatu saat dia mengunjungi
Umar, ternyata dia sedang berada di tempat shalatnya. Tangannya pada
pipinya, air matanya mengalir. Maka aku katakan, 'Wahai Amirul
Mukminin, apakah karena ada sesuatu yang terjadi?' Dia menjawab,
'Wahai Fathimah, sesungguhnya aku dibelenggu dengan urusan umat
Muhammad, lalu berpikir me-ngenai orang yang fakir lagi kelaparan,
orang yang sakit lagi tersia-siakan, orang yang tidak berpakaian lagi
kesusahan, orang yang terzhalimi lagi tertekan, orang yang asing lagi
tertawan, orang yang sudah tua renta, dan orang-orang yang memiliki
kebutuhan di berbagai penjuru bumi. Aku tahu bahwa Rabbku akan
bertanya kepadaku tentang mereka, dan yang memperkarakanku untuk
membela mereka adalah Muhammad a, maka aku takut bila argu-menku tidak
mampu menolak pengaduannya. Aku pun berbalas kasih kepada diriku, lalu
aku menangis'. Dari Abdullah bin Syaudzab, dia mengatakan, Sulaiman
melaksanakan haji bersama Umar bin Abdul Aziz. Setelah itu, dia pergi
ke Tha`if. Ketika terkena petir dan kilat, maka dia ketakutan lalu
berkata kepada Umar, 'Tidakkah engkau melihat, apakah ini wahai Abu
Hafsh?' Dia mengatakan, 'Ini adalah tanda rahmatNya turun. Maka
bagaimanakah sekiranya jika azabNya turun? Dari al-Hasan bin Umairah,
dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz membeli sahaya wanita A'jamiyah
(non Arab), lalu budak itu mengatakan, 'Aku melihat orang-orang
bergembira, tetapi aku tidak pernah melihat orang ini gembira.' Umar
bertanya, 'Apa yang dikatakan oleh orang awam ini?' Dijawab, 'Ia
berkata demikian dan demikian.' Umar mengatakan, 'Kasihan dia! Kalian
katakanlah kepadanya bahwa kegembiraan ada di hadapannya'.

Dari Maimun bin Mihran, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz membaca,
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (At-Takatsur: 1), lalu dia
menangis, kemudian dia mengucapkan, Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
(At-Takatsur: 2). Aku tidak melihat pekuburan melainkan (tempat)
ziarah, dan sudah pasti orang yang berziarah suatu saat akan kembali
ke surga atau neraka.

5. KEZUHUDAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari Maslamah bin Abdul Malik, dia mengatakan, Aku me-nemui Umar bin
Abdul Aziz untuk menjenguknya saat sakitnya, ternyata dia memakai
pakaian kotor, maka aku katakan kepada Fathimah binti Abdul Malik,
'Wahai Fathimah, cucilah baju Amirul Mukminin.' Fathimah mengatakan,
'Aku akan melakukannya, insya Allah.' Kemudian aku kembali, ternyata
baju tersebut masih tetap seperti sediakala. Maka aku katakan, 'Wahai
Fathimah, bukankah aku menyuruhmu agar mencuci baju Amirul Mukminin?
Karena banyak orang akan menjenguknya.' Fathimah mengatakan, 'Demi
Allah, dia tidak memiliki baju selainnya'.

Dari Sa'id bin Suwaid bahwa Umar bin Abdul Aziz meng-imami mereka
shalat Jum'at, kemudian duduk, dan dia memakai baju yang sudah
bertambal kantongnya dari depan dan belakang-nya, maka seorang
laki-laki berkata kepadanya, Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah
telah memberimu, maka alangkah baiknya bila engkau memakai pakaian
yang layak?! Umar pun menunduk (diam) beberapa saat, kemudian
mengangkat kepalanya seraya mengatakan, Sebaik-baik kesederhanaan
adalah pada saat berkelebihan, dan sebaik-baik pemberian maaf adalah
pada saat memiliki kemampuan (untuk membalas).

Malik bin Dinar mengatakan, Orang-orang berkata, 'Malik adalah orang
yang zuhud', tetapi orang yang benar-benar zuhud adalah Umar bin Abdul
Aziz, yaitu orang yang dunia datang kepa-danya tetapi dia
meninggalkannya.

Abu Umayyah al-Khasyi, budak Umar berkata, Suatu hari aku menemui tuan
putriku, lalu dia memberiku makan Adas, maka aku bertanya, 'Setiap
hari makan Adas?' Dia menjawab, 'Wahai anakku, ini adalah makanan
tuanmu, Amirul Mukminin'.

Ahmad bin Abu al-Hawari mengatakan, Aku mendengar Abu Sulaiman
ad-Darani dan Abu Shafwan berdebat tentang Umar bin Abdul Aziz dan
Uwais al-Qarni. Abu Sulaiman berkata kepada Abu Shafwan, 'Umar bin
Abdul Aziz lebih zuhud daripada Uwais.' Abu Shafwan berkata kepadanya,
'Mengapa?' Dia menjawab, 'Karena Umar adalah raja dunia, lalu dia
berzuhud di dalamnya.' Abu Shafwan mengatakan kepadanya, 'Seandainya
Uwais adalah raja dunia, niscaya dia berzuhud padanya sebagaimana yang
dila-kukan Umar.' Abu Sulaiman mengatakan, 'Janganlah menjadikan orang
yang sudah mengalaminya sebagaimana orang yang belum pernah
mengalaminya. Sesungguhnya orang yang dunia mengalir di kedua
tangannya tapi tidak memiliki tempat di hatinya, adalah lebih utama
daripada orang yang dunia tidak pernah mengalir di kedua tangannya,
meskipun itu tidak memiliki tempat di hatinya'.

6. SIKAP WARA' UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari Abu Utsman ats-Tsaqafi, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz
memiliki budak yang bekerja menggunakan baghal-nya. Setiap hari dia
datang dengan membawa satu dirham. Suatu hari dia datang dengan
membawa satu setengah dirham, maka dia bertanya, 'Apa yang tampak
olehmu?' Dia menjawab, 'Pasar telah memberikan keuntungan.' Umar
mengatakan, 'Tidak, tetapi engkau memenatkan baghal itu.
Istirahatkanlah dia selama tiga hari'.

Ja'unah mengatakan, Ketika Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz
meninggal, Umar menyanjungnya, maka ada seseorang ber-tanya, 'Wahai
Amirul Mukminin, seandainya dia masih hidup, apa-kah engkau akan
mengangkatnya sebagai putra mahkota?' Umar menjawab, 'Tidak.' Dia
bertanya lagi, 'Mengapa, sedangkan engkau memujinya?' Umar mengatakan,
'Aku takut bila kebaikannya di-tampakkan di mataku sebagaimana
ditampakkannya kebaikan seorang anak pada mata seorang ayah'.

Dari Wuhaib bin al-Ward, dia mengatakan, Anak-anak Marwan berkumpul di
depan pintu Umar bin Abdul Aziz, dan datanglah Abdul Malik bin Umar
untuk menemui ayahnya, maka mereka berkata kepadanya, 'Silakan pilih,
engkau memintakan izin untuk kami, atau engkau menyampaikan pesan
surat kami kepada Amirul Mukminin.' Abdul Malik mengatakan,
'Katakanlah.' Mereka mengatakan, 'Sesungguhnya para khalifah
sebelumnya memberi sesuatu kepada kami, dan mengetahui kedudukan kami.
Sementara ayahmu menghalangi kami dari sesuatu yang ada di kedua
tangan-nya.' Abdul Malik pun menemui ayahnya lalu mengabarkan
kepa-danya tentang mereka, maka Umar berkata kepadanya, 'Katakan-lah
kepada mereka, sesungguhnya ayahku mengatakan kepada kalian,
'Sesungguhnya aku takut azab pada hari yang besar, jika aku durhaka
kepada Rabbku'.

Dari Amr bin Muhajir bahwa Umar bin Abdul Aziz memiliki lampu lilin
yang dipergunakan untuk keperluan kaum Muslimin. Jika dia telah
selesai dari keperluan mereka, maka dia memadam-kannya, kemudian dia
menyalakan lampunya sendiri.

Dari Jarir bin Hazim, dari seorang laki-laki, dari Fathimah binti
Abdul Malik, dia mengatakan, Suatu hari Umar bin Abdul Aziz
menginginkan madu, sementara kami tidak punya, maka kami menyuruh
seseorang mengendarai unta pos (unta untuk mengirim surat, milik
negara) ke Ba'labak untuk membeli madu. Suatu hari aku katakan
kepadanya, 'Engkau pernah menyebut madu, dan kami punya madu, apakah
engkau menginginkannya?' Dia menjawab, 'Ya.' Kami pun membawa madu
itu. Dia pun mendekatinya, kemu-dian berkata, 'Dari mana kalian
mendapatkan madu ini?' Aku men-jawab, 'Kami menyuruh seseorang pergi
mengendarai salah satu unta pos dengan membawa dua dinar ke Ba'labak
supaya mem-belikan madu untuk kami.' Umar pun menyuruh memanggil orang
itu. Ketika orang itu datang, Umar berkata, 'Bawalah madu ini ke pasar
lalu juallah, dan kembalikan kepada kami modal kami. Jika ada
kelebihan, berikan kepada Baitul Mal kaum Muslimin untuk pakan
unta-unta pos. Seandainya muntahku bermanfaat bagi kaum Muslimin,
niscaya aku telah berusaha muntah'. Dari Umar bin Muhajir, dia
mengatakan, Umar bin Abdul Aziz menginginkan apel, lalu mengatakan,
'Seandainya kami punya buah apel, karena dia harum aromanya, enak
rasanya.' Maka ber-dirilah salah seorang dari keluarganya lalu
menghadiahkan apel kepadanya. Ketika utusan datang dengan membawa buah
itu, maka Umar berkata, 'Betapa harum aromanya dan betapa bagusnya!
Angkatlah wahai pemuda, lalu sampaikan salam kepada fulan. Katakan
kepadanya bahwa hadiahmu telah sampai di tempat sebagaimana yang
engkau inginkan.' Aku katakan, 'Wahai Amirul Mukminin, dia adalah anak
pamanmu dan salah seorang dari ke-luargamu. Engkau telah mendapatkan
berita bahwa Nabi makan hadiah dan tidak makan sedekah.' Umar
menimpali, 'Kasihan engkau! Sesungguhnya hadiah tersebut untuk Nabi,
sementara bagi kita saat sekarang ini adalah suap'.

Dari Rabi' bin Atha`, dia mengatakan, Suatu hari dibawakan kepada Umar
bin Abdul Aziz sebuah Anbar (sejenis parfum) dari Yaman, maka dia
meletakkan tangannya pada hidungnya dengan pakaiannya. Melihat hal
itu, Muzahim mengatakan, 'Ini hanyalah baunya, wahai Amirul Mukminin.'
Umar mengatakan, 'Kasihan engkau, wahai Muzahim, bukankah parfum itu
tidak diambil man-faatnya kecuali aromanya?' Rabi' bin Atha`
mengatakan, Tangan-nya tetap di hidungnya hingga parfum itu diangkat.

Dari Yahya bin Sa'id, dia mengatakan, Abdul Hamid bin Abdurrahman
menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz, Dilaporkan kepadaku bahwa
seseorang telah mencelamu –dan mungkin Hammad mengatakan, mencaci
makimu– lalu aku bermaksud untuk memenggal lehernya. Akhirnya aku
menahannya, dan aku menulis surat kepadamu untuk mengetahui pendapatmu
mengenai hal itu.

Umar membalas suratnya,

Seandainya engkau membunuhnya, niscaya aku mengqishashmu. Karena
seseorang tidak boleh dibunuh karena mencaci maki seseorang, kecuali
siapa yang mencaci maki Nabi. Maka caci makilah ia, jika engkau mau,
lalu bebaskanlah.

7. KETAWADHU'AN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari Raja` bin Haiwah, dia mengatakan, Aku berjalan malam bersama Umar
bin Abdul Aziz, lalu lampu rusak, maka aku ber-gegas untuk
memperbaikinya. Namun, Umar memerintahkanku agar duduk, kemudian dia
bangkit untuk memperbaikinya. Setelah itu, dia kembali lalu duduk,
seraya mengatakan, 'Aku berdiri se-mentara aku adalah Umar bin Abdul
Aziz. Aku duduk sementara aku adalah Umar bin Abdul Aziz. Seseorang
dicela jika menjadikan tamunya sebagai pelayan'.

Dari Ayyub, dia mengatakan, Dikatakan kepada Umar bin Abdul Aziz,
'Wahai Amirul Mukminin, sekiranya engkau datang ke Madinah. Jika Allah
menakdirkan kematian, maka engkau dikubur di tempat penguburan keempat
bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Umar mengatakan, Demi Allah,
sungguh Allah mengazabku dengan segala azab –kecuali neraka, karena
aku tidak tahan terhadapnya– lebih aku sukai daripada Allah mengetahui
dalam hatiku bahwa aku memandang bahwa aku layak mendapat-kan hal itu.

Dari Basyir bin al-Harits, dia mengatakan, Ada seorang laki-laki
memuji Umar bin Abdul Aziz secara berlebih-lebihan di hadapannya, maka
Umar berkata, 'Wahai laki-laki, seandainya engkau mengetahui diriku
sebagaimana aku mengetahuinya, nis-caya engkau tidak memandang
wajahku'.

Dari Abu Sa'id al-Mu`addib, dari Abdul Karim, dia mengata-kan,
Dikatakan kepada Umar, 'Semoga Allah membalasmu dengan sebuah kebaikan
atas jasamu terhadap Islam.' Umar menimpali, 'Tidak, bahkan semoga
Allah membalas Islam dengan sebuah ke-baikan atas jasanya terhadapku'.

Dari Umar bin Hafsh, dia mengatakan, Seorang syaikh men-ceritakan
kepada kami, dia mengatakan, 'Ketika Umar bin Abdul Aziz menjabat
sebagai gubernur di Dabiq (wilayah Syam), dia keluar pada suatu malam
bersama penjaga. Lalu dia masuk masjid, dia melewati orang yang sedang
tidur dalam kegelapan malam, lalu terpeleset karenanya (menginjaknya).
Orang itu pun mengang-kat kepalanya kepadanya seraya mengatakan,
'Apakah engkau gila?' Umar menjawab, 'Tidak.' Ketika penjaga bermaksud
mem-balasnya, maka Umar berkata kepadanya, 'Jangan, sesungguhnya dia
hanyalah bertanya kepadaku, 'Apakah engkau gila?' Maka aku menjawab,
'Tidak'.

8. ITTIBA' UMAR BIN ABDUL AZIZ KEPADA SUNNAH

Dari Ziyad bin Mikhraq, dia mengatakan, Aku mendengar Umar bin Abdul
Aziz saat berkhutbah kepada manusia berkata, Seandainya bukan karena
sunnah yang aku hidupkan atau bid'ah yang aku matikan, niscaya aku
tidak peduli bila aku tidak hidup walaupun sesaat. Adz-Dzahabi
mengatakan, Ghailan menampakkan al-qadar (paham Qadariyah) pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Ketika Umar memintanya supaya
bertaubat, maka dia me-ngatakan, 'Sungguh aku dulu sesat lalu engkau
beri aku petunjuk.' Umar berucap, 'Ya Allah, jika dia jujur. Jika
tidak, maka saliblah dia dan potonglah kedua tangan dan kedua
kakinya.' Doanya pun terlaksana. Ghailan ditangkap pada masa
kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik, lalu kedua kaki dan kedua
tangannya dipotong, lalu disalib di Damaskus karena menyebarkan paham
Qadariyah.

Selainnya mengatakan, Bani Umayyah biasa mencaci maki Ali bin Abu
Thalib dalam khutbah. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah,
maka dia membatalkan hal itu, dan menulis surat kepada semua wakilnya
agar membatalkannya. Sebagai gantinya, membaca, Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90).

Pembacaan ayat ini berlangsung hingga sekarang. Dari Hazm bin Abu
Hazm, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz mengatakan dalam ucapannya,
'Seandainya setiap bid'ah yang dimatikan oleh Allah lewat tanganku,
dan setiap sunnah yang dihidupkan Allah lewat tanganku itu (dibalas)
dengan imbalan sepotong dari dagingku hingga tiba yang terakhirnya
berupa jiwa-ku, maka itu mudah dalam (berjuang di jalan) Allah'.

Telah disebutkan sebelumnya perkataan Imam Ahmad bin Hanbal,

إِنَّ اللّٰهَ يُقَيِّض لِلنَّاسِ فِيْ كُلِّ رَأْسِ مِائَةٍ مَنْ
يُعَلِّمُ النَّاسَ السُّنَنَ وَيَنْفِي عَنِ النَّبِيِّ الْكَذِبَ،
فَنَظَرْنَا فَإِذَا فِيْ رَأْسِ الْمِائَةِ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ
الْعَزِيْزِ، وَفِيْ رَأْسِ الْمِائَتَيْنِ الشَّافِعِيُّ.

Sesungguhnya Allah mendatangkan kepada manusia pada setiap penghujung
seratus tahun (satu abad) orang yang mengajarkan sunnah-sunnah kepada
mereka, dan menghilangkan kedustaan dari Nabi. Kami memperhatikan,
ternyata di penghujung seratus tahun terdapat Umar bin Abdul Aziz,
sedangkan di penghujung dua ratus tahun terdapat asy-Syafi'i.

9. GURU DAN MURID UMAR BIN ABDUL AZIZ

Gurunya:

Al-Mizzi mengatakan, Dia meriwayatkan dari Anas bin Malik, dan Anas
shalat di belakangnya lalu mengatakan, 'Aku tidak melihat seorang pun
yang lebih mirip shalatnya dengan shalat Rasulullah daripada pemuda
ini.' Dia juga meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Sabrah bin Ma'bad
al-Juhani, as-Sa`ib bin Yazid, Sa'id bin al-Musayyab, dan dia minta
hibah dari Sahl bin Sa'ad sebuah bejana yang dulu pernah dipakai minum
oleh Rasulullah maka Sahl menghibahkannya. Dia juga meriwayatkan dari
Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Ibrahim bin Qarizh -ada
yang me-ngatakan, Ibrahim bin Abdullah bin Qarizh-, Abdullah bin
Ja'far bin Abu Thalib, Urwah bin az-Zubair, Uqbah bin Amir al-Juhani
–konon, meriwayatkan secara mursal–, Muhammad bin Abdullah bin
al-Harits bin Naufal, Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri, dan dia
mati sebelumnya, Naufal bin Musahiq al-Amiri, Yahya bin al-Qasim bin
Abdullah bin Amr bin al-Ash, Yusuf bin Abdullah bin Salam, Abu Bakar
bin Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam, Abu Salamah bin Abdurrahman
bin Auf, dan Khaulah binti Hakim secara mursal.

Muridnya:

Adz-Dzahabi mengatakan, Yang menuturkan darinya ialah Abu Salamah,
salah seorang syaikhnya, Abu Bakar bin Hazm, Raja` bin Haiwah, Ibnu
al-Munkadir, az-Zuhri, Anbasah bin Sa'id, Ayyub as-Sakhtiyani, Ibrahim
bin Ablah, Taubah al-Anbari, Humaid ath-Thawil, Mushlih bin Muhammad
bin Za`idah al-Laitsi, putra-nya, Abdul Aziz bin Umar, saudaranya,
Zabban, Sakhr bin Abdullah bin Harmalah, putranya, Abdullah bin Umar,
Utsman bin Dawud al-Khaulani, saudaranya, Sulaiman bin Dawud, Umar bin
Abdul Malik, Umar bin Amir al-Bajali, Amr bin Muhajir, Umair bin Hani`
al-Anbasi, Isa bin Abi Atha` al-Katib, Ghailan bin Anas,
sekretaris-nya, Laits bin Abu Ruqayyah, Abu Hasyim Malik bin Ziyad,
Muhammad bin Abu Suwaid ats-Tsaqafi, Muhammad bin Qais al-Qash, Marwan
bin Janah, Maslamah bin Abdul Malik al-Amir, an-Nadhr bin Arabi,
sekretarisnya, Nu'aim bin Abdullah al-Qaini, maulanya, Hilal Abu
Sha'mah, al-Walid bin Hisyam al-Muthi'i, Yahya bin Sa'id al-Anshari,
Ya'qub bin Utbah al-Mughirah, dan banyak selain mereka.

10. KATA-KATA MUTIARA DARI UMAR BIN ABDUL AZIZ Abu al-Hasan
al-Madayini mengatakan, Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Umar
bin Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah, sebagai takziah untuknya atas
kematian anaknya,

Amma ba'du. Sesungguhnya kita adalah kaum dari ahli akhirat, yang
ditempatkan di dunia, orang-orang yang akan mati, anak dari
orang-orang yang sudah mati. Mengherankan memang mayit menulis surat
kepada mayit, bertakziah kepadanya karena mayit, wassalam.

Dari Hamzah al-Jazari, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz menulis
surat kepada seseorang, Aku berpesan kepadamu supaya bertakwa pada
Allah yang tidak menerima selain ketakwaan, tidak merahmati kecuali
ahli ke-takwaan, dan tidak memberi pahala kecuali atas dasar
ketakwaan. Sesungguhnya orang-orang yang memberi nasihat dengannya
sangat banyak, tetapi yang mengamalkannya sangatlah sedikit.

Dari Umar bin Muhammad al-Makki, dia berkata, Umar bin Abdul Aziz
berkhutbah dengan mengatakan, Sesungguhnya dunia bukanlah negeri
tempat tinggal kalian, negeri yang telah Allah tetapkan sebagai negeri
yang fana, dan Dia menetapkan (bahwa) penghuninya akan
meninggalkannya. Betapa banyak penghuni yang terikat (betah) pada
tempat yang sedikit (nilainya) lagi (mudah) hancur, dan betapa banyak
pemukim yang meninggalkan suatu yang sedikit (nilainya). Karena itu,
pergilah sebaik-baiknya darinya dengan membawa muatan yang terbaik.
Berbekallah, sesungguh-nya sebaik-baik perbekalan adalah takwa. Takwa
itu hanyalah laksana awan yang menyusut lalu hilang. Tatkala keturunan
Adam di dunia berlomba-lomba dalam perkara itu, dan dia bergembira
dengannya, tiba-tiba Allah memanggilnya dengan qadarnya, me-lemparnya
dengan hari kematiannya, merampas peninggalan dan dunia darinya, lalu
tempat usaha dan kekayaannya menjadi milik orang lain. Sesungguhnya
dunia ini tidak menyenangkan (bila ditimbang) dengan kadar sesuatu
yang membahayakannya, se-sungguhnya dunia ini menyenangkan sedikit dan
membawa ke-sedihan yang panjang.

Dari Abu Imran, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz ber-kata,
Barangsiapa yang kematian dekat dengan hatinya, maka dia akan
memperbanyak apa yang ada di hadapannya (bekal akhirat).

Dari Muhammad bin Isa bin Abdul Aziz, dia mengatakan, sebagian pejabat
yang diangkat Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepadanya,

Amma ba'du. Sesungguhnya kota kami telah hancur. Jika Amirul Mukminin
bersedia memberikan harta kepada kami, maka kami akan memperbaikinya.

Umar menulis surat balasan,

Amma ba'du. Aku telah memahami suratmu dan apa yang engkau sebutkan
bahwa kota kalian telah rusak. Jika engkau telah membaca suratku ini,
maka bentengilah kota itu dengan keadilan, dan bersihkanlah jalannya
dari kezhaliman, karena itulah cara memperbaikinya. Wassalam.

Dari seorang laki-laki, dari anak Utsman bin Affan bahwa Umar bin
Abdul Aziz berkata di sebagian khutbahnya, Sesung-guhnya tiap-tiap
safar itu sudah pasti ada bekalnya, maka berbe-kallah untuk perjalanan
kalian dari dunia menuju akhirat. Jadilah kalian laksana orang yang
telah melihat secara langsung sesuatu yang telah disiapkan oleh Allah
berupa pahala dan siksanya, nis-caya kalian akan berharap dan
sekaligus cemas. Janganlah kalian berpanjang angan, yang menyebabkan
hati kalian keras dan me-nyerah kepada musuh kalian. Karena, demi
Allah, tidak terbentang angan orang yang tidak menyadari, barangkali
dia tidak berada di pagi setelah berada di petang hari, dan tidak
berada di petang hari setelah berada di pagi hari. Bisa saja terjadi
sambaran kematian di antara waktu itu. Betapa banyak kita melihat
orang yang terper-daya di dunia. Sesungguhnya yang merasa terhibur itu
hanyalah orang yang percaya bahwa dirinya akan selamat dari azab
Allah, dan yang merasa gembira itu hanyalah orang yang merasa aman
dari peristiwa Kiamat yang mencekam.

Adapun orang yang tidak terbebas dari luka melainkan pasti tertimpa
luka dari arah lainnya, aku berlindung kepada Allah dari memerintahkan
kalian kepada perkara yang aku larang terhadap diriku, sehingga
merugilah diriku, tampak kemiskinanku, dan terlihat kehinaanku, pada
hari ketika di dalamnya yang kaya dan yang fakir tampak, serta
timbangan-timbangan ditegakkan. Sung-guh kalian telah dibebani dengan
sesuatu yang seandainya dibe-bankan kepada bintang-bintang, niscaya
akan berjatuhan, seandai-nya dibebankan kepada gunung-gunung, niscaya
akan meleleh, dan seandainya dibebankan kepada bumi, niscaya akan
terbelah. Apakah kalian tidak tahu bahwa tidak ada tempat antara surga
dan neraka, tapi kalian akan kembali kepada salah satu dari
kedua-nya?!

Dari Abdurrahman bin Maisarah al-Hadhrami bahwa Umar bin Abdul Aziz
pernah mengatakan, Takwa kepada Allah itu bukan dengan berpuasa di
siang hari, Qiyamul Lail, dan mencam-pur di antara hal itu. Tetapi
takwa kepada Allah ialah meninggal-kan sesuatu yang diharamkan Allah
dan melaksanakan sesuatu yang diperintahkan Allah. Barangsiapa setelah
itu diberi kebaikan, maka itu adalah kebaikan di samping kebaikan
sebelumnya. Dari Maimun bin Mihran, dia mengatakan, Umar bin Abdul
Aziz berpesan kepadaku dengan mengatakan, Wahai Maimun, janganlah kamu
berduaan dengan perempuan yang tidak halal bagimu, meskipun engkau
membacakan al-Qur`an padanya. Ja-ngan mengikuti penguasa, meskipun
engkau memandang bahwa engkau akan menyuruhnya kepada kebajikan dan
mencegahnya dari kemungkaran. Janganlah bergaul dengan orang yang
meng-ikuti hawa nafsunya, lalu dia akan melontarkan dalam hatimu
sesuatu yang membuat Allah murka kepadamu.

Dari Abdullah bin Muhammad bin Sa'ad al-Anshari bahwa Umar bin Abdul
Aziz naik mimbar, sementara orang-orang ber-kumpul di hadapannya.
Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya, dia mengatakan, Amma ba'du.
Wahai manusia, sesungguhnya aku tidak mengumpulkan kalian karena suatu
urusan yang aku ada-adakan di tengah kalian, tetapi aku memikirkan
tentang urusan yang akan menjadi tempat kembali kalian. Aku tahu bahwa
orang yang mempercayai hal ini adalah dungu, sedangkan orang yang
mendustakannya akan binasa. Kemudian dia turun dari mimbar.

Dari Muhammad bin hajir, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz memiliki
tempat tidur Nabi, tongkat, bejana dan mangkok besar beliau. Ketika
segolongan kaum Quraisy menemui-nya, mereka mengatakan, 'Ini adalah
warisan orang yang karena-nya Allah memuliakan kalian, menolong
kalian, dan seterusnya'.

Dari Abdullah bin al-Fadhl at-Tamimi, dia mengatakan, Akhir khutbah
yang disampaikan Umar bin Abdul Aziz, bahwa dia naik ke atas mimbar,
lalu dia memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian berkata, 'Amma
ba'du. Sesungguhnya di tangan kalian terdapat barang-barang milik
orang-orang yang sudah mati, dan semuanya akan ditinggalkan oleh
orang-orang yang masih hidup sebagaimana telah ditinggalkan oleh
orang-orang yang sudah berlalu. Apakah kalian tidak menyadari bahwa
kalian dalam setiap sehari semalam pergi menuju Allah, baik siang
maupun malam. Kemudian kalian diletakkan di bumi, kemudian di perut
bumi tanpa alas dan tanpa bantal, dalam keadaan telah terlepas dari
segala sebab, berpisah dari orang-orang yang dicintai, tinggal di
dalam tanah, dan menghadapi hisab, dalam keadaan butuh ke-pada amal
yang telah dia lakukan, dan tidak membutuhkan harta yang ditinggalkan
oleh kakeknya. Demi Allah, aku benar-benar mengatakan hal ini sedang
aku tidak mengetahui dari seorang manusia pun sebagaimana aku
mengetahui dari diriku sendiri.' Kemudian dia meletakkan ujung
pakaiannya pada kedua matanya, lalu menangis, kemudian turun dari
mimbar. Setelah itu, dia tidak keluar hingga dia dikeluarkan ke
kuburnya, semoga Allah merah-matinya.

11. SYAIR YANG DIPERTAMSILKAN ATAU YANG DIUCAPKAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Dari Muhammad bin Katsir, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz berkata
pada suatu hari, sedang dia mencela dirinya sendiri,

Apakah engkau terjaga hari ini ataukah engkau tidur Bagaimana mungkin
orang yang bingung lagi sedih bisa tidur

Seandainya engkau terjaga pagi ini

Niscaya kedua matamu telah mengalirkan air mata deras Siang harimu,
wahai orang yang terperdaya, hanya bergadang dan kelalaian

Sedangkan malammu adalah tidur dan kebinasaan selalu Engkau melalaikan
amal yang kelak engkau tidak suka ketiadaannya

Demikian pula di dunia, engkau hidup seperti binatang ternak

Dari Aqil bin Murrah, dia mengatakan, Harami bin al-Haitsam
menyenandungkan syair Umar bin Abdul Aziz kepadaku,

Tiada kebaikan pada kehidupan seseorang

yang tidak memiliki bagian bersama Allah di negeri keabadian

Jika dunia membuat manusia terkagum

Maka sesungguhnya ia kenikmatan sedikit dan sebentar lagi lenyap

Dari Yunus, dia mengatakan, Umar bin Abdul Aziz berjalan di tengah
jamaah. Ketika banyak debu, dia menutup wajahnya, kemudian dia
menyebutkan bait-bait yang diucapkan Abdul A'la al-Qurasyi,

Siapa yang dahinya terkena terik matahari atau debu, Dia khawatirkan
wajahnya akan menjadi buruk Dia pun mencari naungan agar wajahnya
tetap elok Tetapi kelak dia akan tinggal pada suatu hari dalam keadaan
hina

Dalam lubang gelap, berdebu, berlubang Dia tinggal lama di bawah tanah
di lubangnya yang sempit

Mas'ud bin Bisyr menuturkan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada
Umar bin Abdul Aziz, ketika dia menjabat sebagai khalifah, Luangkanlah
waktu untuk kami. Umar menjawab,

Telah datang kesibukan orang yang sibuk Sedang aku menyimpang dari
jalan-jalan keselamatan Waktu luang telah pergi,

Sehingga tidak ada waktu luang Hingga Hari Kiamat

12. WAFAT UMAR BIN ABDUL AZIZ, DAN RITSA` (SYAIR PUJIAN UNTUK ORANG
YANG SUDAH MENINGGAL) YANG DIDEDIKASIKAN UNTUKNYA

Umar bin Abdul Aziz wafat di Dair Sam'an, salah satu wilayah bagian
Himsh, pada hari kesepuluh yang tersisa -konon, lima hari yang
tersisa- dari bulan Rajab 101 H. Ketika itu dia ber-usia 39 tahun
lebih enam bulan. Dia wafat karena racun. Bani Umayyah sudah merasa
gerah terhadapnya, karena dia bersikap keras terhadap mereka, dan
mengambil dari tangan mereka banyak dari harta yang telah mereka
rampas. Sementara dia sendiri me-ngabaikan penjagaan.

Mujahid berkata, Umar bin Abdul Aziz berkata kepadaku, Apa yang
dikatakan manusia tentang diriku? Aku menjawab, Mereka mengatakan,
'Dia terkena sihir'. Umar mengatakan, Aku tidak kena sihir. Sungguh
aku benar-benar tahu kapan saat aku diberi minum. Kemudian dia
memanggil budaknya lalu menga-takan kepadanya, Celaka kamu! Apa yang
mendorongmu mem-beri aku minum racun? Dia menjawab, Imbalan seribu
dinar yang akan diberikan kepadaku, dan aku dijanjikan akan
dimerdekakan. Umar mengatakan, Bawalah ke mari seribu dinar itu.
Ketika dia membawanya, maka Umar memasukkannya ke Baitul Mal, dan
mengatakan kepadanya, Pergilah ke tempat yang tidak ada se-orang pun
yang melihatmu.

Dari al-Mughirah bin Hakim, dia mengatakan, Fathimah binti Abdul Malik
menceritakan kepadaku, dia mengatakan, Aku mendengar Umar saat
sakitnya yang menyebabkan kematiannya berucap, 'Ya Allah,
sembunyikanlah kematianku dari mereka, walau sesaat dari siang hari.'
Tatkala pada hari kematiannya, aku keluar lalu duduk di rumah lainnya,
sedangkan antara aku dengan-nya dipisahkan oleh sebuah pintu, dan dia
berada di kubahnya, lalu aku mendengarnya mengucapkan, Negeri akhirat
itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan
diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik)
itu adalah bagi orang-orang yang ber-takwa. (Al-Qashash: 83).

Kemudian dia diam, dan aku tidak mendengar lagi suara desisan atau
ucapan darinya, maka aku katakan kepada al-Washif yang membantunya,
'Lihatlah Amirul Mukminin.' Ketika mema-sukinya, dia berteriak, maka
aku bangkit dan masuk kepadanya, ternyata dia sudah meninggal dalam
keadaan menghadap kiblat. Dia memejamkan dirinya sendiri, dengan
meletakkan salah satu tangannya pada kedua matanya, sementara
tangannya yang lain pada mulutnya.

Dari Ubaid bin Hassan, dia mengatakan, Ketika Umar bin Abdul Aziz
sekarat, dia mengatakan, 'Keluarlah dariku, sehingga tidak ada tersisa
seorang pun di dekatku.' Saat itu Maslamah bin Abdul Malik berada di
sisinya. Mereka pun keluar, lalu dia dan Fathimah duduk di depan
pintu. Kemudian mereka mendengar Umar berucap, 'Selamat datang kepada
wajah-wajah, bukan wajah-wajah manusia dan jin.' Kemudian dia berucap,
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang ber-takwa. (Al-Qashash:
83).

Kemudian suara senyap, maka Maslamah berkata kepada Fathimah, 'Suamimu
telah meninggal.' Mereka pun masuk, ter-nyata mereka mendapatinya
telah meninggal dalam keadaan telah terpejam matanya. Maslamah bin
Abdul Malik memandang Umar bin Abdul Aziz yang telah diselimuti dengan
kain seraya mengatakan, Se-moga Allah merahmatimu. Sungguh engkau
telah melunakkan hati kami yang keras, dan engkau menyisakan nama yang
bagus untuk kami di tengah orang-orang yang shalih. Katsir bin
Abdurrahman al-Khuza'i mengatakan, Engkau menjabat khalifah lalu
engkau tidak mengecam Ali Tidak mengintimidasi orang yang tidak
bersalah Tidak pula memperturutkan keinginan orang yang jahat Engkau
berkata lalu kata-katamu engkau buktikan dengan perbuatan Sehingga
membuat ridha semua Muslim Jarir berkata, Orang-orang menyebarkan
kabar kematian Amirul Mukminin kepada kami Wahai sebaik-baik orang
yang berhaji dan berumrah ke Baitullah Engkau memikul perkara berat
lalu engkau menjadi kuat dengannya Engkau berjalan di dalamnya dengan
hukum Allah, wahai Umar Matahari bersinar tidak bergerhana
Bintang-bintang malam dan bulan menangisimu Dari Umar bin Shalih
az-Zuhri, dia mengatakan, seorang yang tsiqah menceritakan kepadaku,
dia mengatakan, Ketika Muharib bin Ditsar mendengar berita tentang
kematian Umar bin Abdul Aziz, maka dia memanggil sekretarisnya seraya
mengatakan, 'Tu-lislah.' Maka dia menulis: Bismillah ar-Rahman
ar-Rahim. Dia me-ngatakan, 'Hapuslah! Karena Bismillah ar-Rahman
ar-Rahim tidak dituliskan pada syair.' Kemudian dia mengatakan,
Andaikata kematian terbesar diciptakan untuk mengalahkan ke-adilannya
Niscaya kematian tidak akan menimpamu, wahai Umar Betapa banyak
syariat hak telah engkau hidupkan kembali Padahal nyaris mati, dan
yang lainnya ditunggu darimu Wahai tambatan jiwaku dan tambatan
orang-orang yang merasakan bersamaku Pada orang yang sangat adil yang
diinginkan oleh semua lubang kubur Ada tiga orang yang mataku belum
pernah melihat ada yang me-nyamai mereka Yaitu tiga orang yang
tulang-tulang mereka dihimpun oleh lubang-lubang di dalam Masjid
Sedang engkau mengikuti mereka tanpa kenal lelah Berusaha mengikuti
sunnah-sunnah haq mereka Seandainya aku punya (kesempatan), sedangkan
takdir itu

Biasanya datang dengan segera dan pagi-pagi sekali Niscaya aku
palingkan Umar Kebajikan dari tempat kematiannya

Di Dair Sam'an, tetapi takdir mengalahkan Kita tutup dengan pernyataan
yang disebutkan Ibnu al-Jauzi saat menutup biografinya. Dia
mengatakan, Aku mendapatkan kabar bahwa al-Manshur berkata kepada
Abdurrahman bin al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, 'Nasihatilah
aku!' Dia me-ngatakan, 'Berdasarkan apa yang aku lihat ataukah
berdasarkan apa yang aku dengar?' Al-Manshur menjawab, 'Berdasarkan
apa yang engkau lihat.' Dia mengatakan, 'Umar bin Abdul Aziz meninggal
dengan meninggalkan 11 anak, dan harta peninggalan-nya mencapai 17
dinar. Dia dikafani dari harta peninggalan itu dengan biaya lima
dinar, dan untuk membeli tempat pemakaman-nya dengan biaya dua dinar,
lalu sisanya dibagi-bagikan kepada anak-anaknya. Masing-masing dari
anaknya mendapatkan 19 dirham. Sementara Hisyam bin Abdul Malik
meninggal dengan meninggalkan 11 anak, lalu warisannya dibagi-bagikan,
dan masing-masing mendapatkan satu juta dari warisannya. Aku melihat
seorang dari anak Umar bin Abdul Aziz dalam satu hari membawa muatan
seratus kuda di jalan Allah, sedangkan aku melihat salah seorang anak
Hisyam diberi sedekah'.

Sumber : Biografi 60 Ulama Ahlussunnah

penulis Syaikh Ahmad Farid
www.Darulhaq.com

Tokoh Islam : Ibnul Qoyyim Al Jauziyah

Beliau ( Lahir: 691 H. - Wafat: 751 H. )

1. NAMA DAN KELAHIRAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Namanya:

Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa'd bin Hariz bin Makki,
Zainuddin az-Zura'i, kemudian ad-Dimasyqi al-Hanbali.

Kunyahnya:

Abu Abdillah, dan gelarnya: Syamsuddin. Dia masyhur dengan Ibnu Qayyim
al-Jauziyah. Dimutlakkan padanya secara ringkas dengan nama Ibnu
al-Qayyim, dan tidak benar dimutlakkan padanya dengan Ibnu al-Qayyim
al-Jauziyah. Sebab pemimpin Madrasah al-Jauziyah di Damaskus adalah
ayah-nya, Abu Bakar Ibnu Ayyub az-Zura'i, lalu keturunannya dan anak
cucu mereka setelah itu masyhur dengannya. Kemudian salah satu dari
mereka dipanggil dengan Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

Sedangkan al-Jauzi adalah nisbat kepada suatu tempat di Bashrah. Ada
yang mengatakan, dinisbatkan kepada al-Jauz (buah kelapa) dan jual
belinya.

Kelahirannya:

Dr. Bakar Abu Zaid mengatakan, Kitab-kitab biografi ber-sepakat bahwa
sejarah kelahirannya pada 691 H.

Muridnya, ash-Shafadi menyebutkan kepastian hari dan bulannya, dengan
men-jelaskan bahwa kelahirannya pada tanggal 7, bulan Shafar dari
tahun tersebut. Pendapatnya ini diikuti oleh Ibnu Taghri Bardi,
ad-Dawuri, dan as-Suyuthi. Aku belum pernah melihat ada orang yang
menegaskan tentang tempat kelahirannya, apakah di Zura' ataukah di
Damaskus, selain al-Maraghi dalam Thabaqat al-Ushuliy-yin. Dia
mengatakan bahwa kelahirannya di Damaskus. Sementara mereka menyatakan
mengenai biografinya dan biografi ayahnya, 'Az-Zura'i al-Ashl (asalnya
orang Zura'), kemudian ad-Dimasyqi.' Seperti diketahui bahwa istilah
mereka dengan pengungkapan ini terkadang dimaksudkan untuk menunjukkan
tempat kelahiran kemudian tempat berpindah bagi orang yang dikemukakan
bio-grafinya. Bisa juga yang mereka maksudkan bahwa orang tuanya atau
kakek-kakeknya, misalnya, dari negeri ini, kemudian berpin-dah ke
negeri lainnya. Wallahu a'lam.

2. PUJIAN ULAMA KEPADA IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Ibnu Rajab al-Hanbali 5 mengatakan, Dia bertafaqquh dalam madzhab,
menguasai dan berfatwa, konsisten menyertai Syaikh Taqiyyuddin Ibnu
Taimiyah, dan menguasai berbagai disiplin ke-ilmuan Islam. Dia
memiliki pengetahuan tentang tafsir yang tidak tertan-dingi,
ushuluddin, dan ilmu ini berpuncak kepadanya, hadits berikut maknanya,
fikihnya, dan detil-detil istinbath darinya yang tidak bisa disamai
oleh orang lain dalam hal tersebut, fikih dan ushulnya, bahasa Arab,
dan dia memiliki penguasaan yang luas terhadapnya, ilmu Kalam, nahwu
dan selainnya.

Dia mengetahui ilmu Suluk (perilaku), ilmu kalam ahli Ta-sawwuf,
isyarat, dan detil-detil mereka. Dia memiliki penguasaan yang luas
terhadap ilmu-ilmu ini. Ibnu Katsir mengatakan tentangnya, Dia
mendengarkan hadits, sibuk dengan ilmu, dan menguasai berbagai macam
ilmu, terutama ilmu tafsir, hadits, dan dua asal. Ketika Syaikhul
Islam kembali dari negeri Mesir pada 712 H., dia menyertainya hingga
Syaikh wafat. Dia mengambil ilmu yang melimpah darinya, di samping
kesibukan yang telah dilakukannya sebelumnya. Dia terus mendapatkan
tambahan di pintunya dalam berbagai disiplin ilmu, di samping banyak
melakukan pencarian di malam dan siang hari, serta banyak berdoa. Ibnu
Nashir ad-Dimasyqi mengatakan, Dia memiliki berba-gai macam disiplin
ilmu, terutama tafsir dan ushul berupa manthuq (tekstual) dan mafhum
(kontekstual).

Adz-Dzahabi mengatakan, Dia menaruh perhatian terhadap hadits, matan
dan rijalnya. Dia menyibukkan diri dengan fikih, dan menerangkannya
dengan bagus. Juga dalam bidang Nahwu, dan mendalaminya, serta
memahami dua ushul (fikih dan nahwu).

Asy-Syaukani mengatakan, Dia menguasai berbagai macam ilmu,
mengungguli orang-orang sejawatnya, masyhur di berbagai penjuru, dan
memiliki pengetahuan yang luas tentang pendapat-pendapat salaf.

Al-Qadhi Burhanuddin az-Zura'i mengatakan, Tidak ada di bawah kolong
langit ini orang yang lebih luas ilmunya daripada-nya. Dia mengajar di
ash-Shadariyyah, dan memimpin di al-Jau-ziyah dalam waktu yang lama,
serta menulis dengan tangannya sesuatu yang tak terhitung banyaknya.

Al-Hafizh Ibnu Nashiruddin asy-Syafi'i mengatakan, Asy-Syaikh
al-Allamah Syamsuddin, salah satu ahli tahqiq, tokoh penga-rang, ahli
tafsir yang jarang ditemui, memiliki karya-karya yang bagus berkenaan
dengan ilmu-ilmu syariat dan hakikat.

Al-Hafizh as-Suyuthi mengatakan, Dia menjadi salah seorang imam besar
dalam bidang tafsir, hadits, furu', dua pokok, dan bahasa Arab.

Al-Qadhi Abdurrahman at-Tafahni al-Hanafi mengatakan, (Beliau adalah)
murid Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah yang karya-karyanya
tersebar di berbagai penjuru. Dia mengatakan juga, Seandainya dia
(Ibnu Taimiyah) tidak memiliki peninggalan kecuali ilmu yang melekat
pada muridnya, Ibnu al-Qayyim, niscaya itu sudah cukup.

Mulla Ali al-Qari mengatakan mengenainya dan mengenai syaikhnya, Siapa
saja yang menelaah Syarah Manazil as-Sa`irin, maka tampak jelas
baginya bahwa keduanya termasuk di antara tokoh Ahlus Sunnah wal
Jama'ah, dan di antara wali umat ini.

Shiddiq Hasan Khan mengatakan, Ulama agung (tokoh yang tinggi kedudukannya).

3. IBADAH DAN AKHLAK IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan, Dia memiliki ibadah dan tahajjud,
shalat panjang hingga mencapai klimaksnya, beribadah, berdzikir, lahap
dengan cinta, inabah (taubat), istighfar, butuh kepada Allah, tunduk
kepadaNya, dan bersimpuh di hadapanNya di pintu ubudiyahNya. Aku tidak
pernah menyaksikan orang seper-tinya dalam hal itu. Aku juga tidak
pernah melihat ada orang yang lebih luas ilmunya daripadanya, dan
lebih tahu tentang makna al-Qur`an dan Sunnah serta hakikat iman
daripadanya. Namun dia bukanlah orang yang ma'shum. Tetapi aku tidak
pernah melihat orang sepertinya berkenaan dengan semua itu. Dia
mendapatkan ujian, mendapatkan gangguan berkali-kali, dan dipenjara
bersama Syaikh Taqiyyuddin pada terakhir kalinya di penjara Damaskus
dalam keadaan terpisah darinya dan tidak dilepaskan kecuali sete-lah
kematian Syaikh. Selama masa dipenjarakan, dia menyibukkan diri
membaca al-Qur`an dengan tadabur dan tafakur. Dari situ, kebaikan yang
banyak terbuka di hadapannya, mendapatkan aspek cita rasa yang sangat
besar dan akibat yang benar. Disebabkan hal tersebut, dia menguasai
tentang ilmu-ilmu ahli ma'rifat dan me-nyeruak ke dalam relung mereka.
Karya-karyanya sarat dengan hal itu.

Dia berhaji beberapa kali dan bermukim sementara waktu di Makkah.
Penduduk mengutarakan tentangnya, karena kegigihan beribadah dan
banyak melakukan thawaf, sebagai suatu perkara yang menakjubkan.

Ibnu Katsir mengatakan, Aku tidak pernah mengetahui di dunia ini, di
zaman kami, orang yang lebih banyak beribadah dari-padanya. Dia
memiliki metode dalam shalat yang dia panjangkan sekali. Dia
memanjangkan rukuk dan sujudnya. Terkadang banyak sahabatnya yang
mencelanya, tapi dia tidak kembali dan tidak menarik diri darinya,
semoga Allah merahmatinya.

Ibnu Hajar 5 mengatakan, Apabila dia telah Shalat Shubuh, maka dia
duduk di tempatnya untuk berdzikir kepada Allah hingga siang, dan dia
mengatakan, 'Inilah waktu makanku. Seandainya aku tidak makan, niscaya
kekuatanku menjadi lemah.' Dia pernah mengatakan, 'Dengan kesabaran
dan kefakiranlah, kepemimpinan dalam agama akan diraih.' Dia juga
mengatakan, 'Seorang peniti jalan itu harus memiliki semangat yang
bisa menjalankan dan me-naikkannya, dan ilmu yang bisa menerangi dan
menuntunnya'.

Ibnu Katsir 5 mengatakan, Dia adalah orang yang bagus bacaan Qur`annya
dan akhlaknya, banyak mencintai orang lain, tidak dengki kepada siapa
pun, tidak menyakitinya, tidak memper-budaknya, dan tidak dendam
kepada siapa pun. Ringkasnya, dia sangat sedikit keburukannya dalam
semua urusan dan ihwalnya, sedangkan yang lebih mendominasinya adalah
kebajikan dan akhlak yang utama.

4. PENCARIAN ILMU YANG DILAKUKAN OLEH IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Dr. Bakar bin Abdullah Abu Zaid mengatakan, Siapa yang memperhatikan
biografi Ibnu al-Qayyim 5, maka dia mendapati-nya memiliki kecintaan
yang jujur dalam menuntut ilmu, kesung-guhan yang besar dalam mengkaji
dan meneliti, kebebasan dalam mengambil ilmu dari para syaikh, baik
dari Hanabilah maupun selainnya, dan melebur di jalan ilmu. Hal itu
telah bercampur de-ngan daging dan darahnya sejak usia dini, serta
bersemangat dalam mencari ilmu sejak masih kecil, pastinya pada saat
usia tujuh tahun. Hal itu tampak lewat perbandingan antara tarikh
kelahirannya 691 H. dengan tarikh kematian sejumlah syaikhnya yang
dari mereka dia menimba ilmu.

Di antara syaikhnya, ialah asy-Syihab al-Abir (wafat 697 H.). Dengan
demikian, dia mulai mendengar pada saat berusia tujuh tahun. Sungguh
Ibnu al-Qayyim memuji syaikhnya, asy-Syihab, dan dia menyebutkan
sekelumit dari ta'birnya terhadap mimpi dalam kitabnya, Zad al-Ma'ad,
kemudian mengatakan, Aku mendengar beberapa juz di hadapannya, dan aku
belum diperkenankan mem-baca ilmu ini di hadapannya karena masih
kecil, sementara kema-tian menjemputnya.' Di antara syaikhnya, ialah
Abu al-Fath al-Ba'labaki (wafat pada 709 H.), dan dia telah membaca
sejumlah kitab di hadapan-nya tentang nahwu, di antaranya Alfiyyah
Ibnu Malik. Alfiyyah dan sejenisnya seperti al-Muthawwalat (teks-teks
panjang lainnya) ber-kenaan dengan bahasa Arab, tidak dipelajari
kecuali oleh orang yang mampu, menguasai, dan mencapai puncak dalam
pencarian.

Artinya, dia telah menguasai bahasa Arab saat masih belum berusia 19 tahun.

Demikian pula tentang jumlah syaikh dan gurunya, sebagai-mana yang
akan disebutkan tentang guru-gurunya insya Allah. Se-sungguhnya
banyaknya penyimakan dan gurunya, melimpahnya ilmu yang dikuasainya,
dan banyaknya keahliannya di dalamnya, –padahal masa tinggalnya di
dunia ini (sekedar) hampir 60 tahun– menunjukkan kepada kita juga atas
kebenaran hasil (kesimpulan) ini.

5. UJIAN YANG DIHADAPI IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Ustadz Abdul Azhim Abdussalam Syarafuddin mengatakan, Dia mendapatkan
gangguan sebagaimana yang menimpa Syaikh-nya. Dia dipenjara bersamanya
di penjara setelah dihinakan, diarak di atas unta sembari dicambuk
dengan cemeti, dan dipenjara, karena mengingkari syadd ar-rihal
(memaksakan perjalanan jauh) untuk menziarahi kubur al-Khalil (seorang
penyair).

Dia juga mendapatkan ujian dalam hubungannya dengan para qadhi. Hal
itu karena dia berfatwa tentang bolehnya perlombaan dengan tanpa
muhallil (penengah), lalu as-Subki mengingkarinya dan memintanya
menarik pendapatnya, maka dia menarik apa yang difatwakannya. Yang
menjelaskan (problematika) ini adalah bahwa asy-Sya-fi'iyah,
Hanafiyyah dan Ahmad berpendapat bahwa jika seseorang berlomba (pacuan
kuda) dengan selainnya, dan salah satunya me-nyerahkan rahn (taruhan),
maka perlombaan pacuan kuda tersebut boleh. Apabila masing-masing dari
keduanya menyerahkan taruhan, maka perlombaan pacuan kuda tidak
diperbolehkan, kecuali jika keduanya memasukkan muhallil (peserta
lomba yang tidak dipungut taruhan) antara keduanya. Hal itu karena
perlombaan pacuan kuda dengan tanpa keberadaannya dalam kondisi ini
menjadi perjudian, karena masing-masing dari keduanya bertaruh untuk
mengambil jika menang dan diambil jika kalah. Sekiranya keduanya
memasukkan muhallil di antara kedua-nya, maka boleh bertaruh. Dia
adalah peserta lomba ketiga yang membawa kuda yang bisa menandingi
kuda keduanya, dan dia tidak membayar sedikit pun. Jika dia bisa
mengalahkan keduanya, maka dia mengambil taruhan yang diserahkan
keduanya. Jika muhallil bisa mengalahkan salah satunya, maka dia dan
pemenang berserikat pada harta orang yang terakhir. Jika keduanya
menga-lahkan muhallil, maka keduanya mengambil taruhan yang telah
keduanya keluarkan, dan muhallil tidak menanggung kerugian sedikit
pun. Pendapat mereka diselisihi Ibnu al-Qayyim, lalu dia berpen-dapat
tentang bolehnya perlombaan pacuan kuda dengan tanpa muhallil. Bahkan,
dia cenderung tidak membolehkan muhallil. Pen-dapat yang disinyalir
darinya dalam masalah ini, ialah perkataan-nya, Pendapat tentang
muhallil (peserta lomba yang tidak dipungut taruhan) adalah madzhab
yang diambil manusia dari Sa'id bin al-Musayyab. Adapun sahabat, maka
tidak dihafal dari seorang pun dari mereka bahwa dia mensyaratkan
muhallil atau pemberi taruhan, padahal mereka banyak melakukan
perlombaan dan memberikan jaminan. Bahkan, yang dihafal dari mereka
ialah kebalikannya.

Dia mengemukakan dalil-dalil dari kalangan yang berpenda-pat tentang
muhallil dan membantahnya, kemudian mengemuka-kan dalil-dalil yang
melarang muhallil. Di antara yang disebutkan darinya sebagai
penjelasan tentang akibat yang ditimbulkan pada muhallil berupa
kebatilan pendapatnya, dan mengenai hal ini ada dua macam kerusakan:

Pertama, keluar dari keharusan berlaku adil, yang notabene adalah
penyerta syariat yang sempurna, berputar bersamanya, karena porosnya
adalah keadilan. Kedua, membuat orang yang menaati Allah dan RasulNya,
yang menyerahkan taruhan karena berkeinginan belajar perlom-baan
(pacuan kuda) agar memiliki kemampuan berjihad, menjadi lebih buruk
keadaannya daripada orang pinjaman ini yang nota-bene adalah penyusup.
Bahkan, penyusup ini, yaitu muhallil, hanya memperhatikan kepentingan
dirinya sendiri.

Dia dipenjara bersama Syaikhnya dalam keadaan terpisah darinya dan
tidak dilepaskan kecuali setelah kematian Syaikh. Selama masa
dipenjara, dia menyibukkan diri membaca al-Qur`an dengan tadabur dan
tafakur. Dari sanalah, kebaikan yang banyak terbuka di hadapannya.

Dia berhaji beberapa kali, dan bermukim sementara waktu di Makkah.
Penduduk mengutarakan tentang-nya, karena kegigihan beribadah dan
banyak melakukan thawaf, dengan suatu yang menakjubkan. Dr. Bakar bin
Abdullah Abu Zaid mengatakan yang ringkas-nya,

Banyak fatwa dan aqa'id (akidah) yang masyhur darinya, yang karena
sebagiannya dia mendapatkan gangguan, di antaranya sebagai berikut:

1. Masalah talak tiga dengan satu lafazh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
5 berfatwa bahwa talak tiga dengan satu lafazh dianggap satu. Ibnu
al-Qayyim berfatwa ten-tang masalah ini sejalan dengan pilihan
syaikhnya, Ibnu Taimiyah, sedangkan penduduk bumi pada umumnya
menerapkan bahwa talak tiga dengan satu lafazh dianggap tiga, bukan
satu. Ini adalah perkara yang karenanya menimbulkan pengingkaran dalam
jiwa, terutama jiwa yang memiliki wawasan luas tentang sejarah fikih
dan ilmu perselisihan.

Murid-muridnya menyebutkan gangguan yang menimpanya dikarenakan fatwa
ini. Ibnu Katsir mengatakan, Dia berfatwa tentang masalah talak
sebagaimana yang dipilih oleh Syaikh Taqiy-yuddin Ibnu Taimiyah, dan
karena sebab itu terjadi kerenggangan hubungan yang terlalu panjang
untuk disebutkan dengan Qadhi al-Qudhah Taqiyyuddin as-Subki dan
selainnya.

2. Fatwanya tentang bolehnya perlombaan (pacuan kuda) dengan tanpa
muhallil (peserta lomba yang tidak dipungut ta-ruhan).

3. Pengingkarannya terhadap syadd ar-rihal (memaksakan perjalanan
jauh) ke kubur al-Khalil.

Ibnu al-Qayyim berusaha sekuat tenaga mengembalikan khalaf ke jalan
Salaf. Ini menyelisihi sesuatu yang dianut oleh strata pemikiran di
masyarakat di mana dia hidup. Sebab masyarakat telah dikuasai oleh
sejumlah kesalahan dan dikepung oleh sejumlah keyakinan yang tidak
sejalan dengan madzhab salaf. Dan termasuk hal yang tidak bisa
dihindarkan bila Ibnu al-Qayyim mendapatkan gangguan sedemikian rupa,
ketika menyuarakan kebenaran secara lantang dalam masyarakat seperti
ini.

Di antara amalan yang diperhitungkan sebagai qurabat (pen-dekatan diri
kepada Allah), ialah syadd ar-rihal (memaksakan per-jalanan jauh) ke
kubur al-Khalil. Ibnu al-Qayyim mengingkari hal itu, menyampaikan
kepada orang-orang sezamannya, baik masya-rakat umum maupun
terpelajar, dan menjelaskan kepada mereka bahwa syadd ar-rihal
(memaksakan perjalanan jauh) ini merupakan perkara yang diingkari
dalam agama dan bid'ah yang menyelisihi jalan yang lurus. Hal itu
mengakibatkan pergolakan yang mence-ngangkan, sehingga dia
dipenjarakan karenanya. Hal ini dikatakan oleh Ibnu Rajab, Dia
dipenjara pada satu masa, karena mengingkari syadd ar-rihal
(memaksakan perjalanan jauh) ke kubur al-Khalil.

6. GURUNYA DAN MURID IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Gurunya:

Ayahnya, Abu Bakar Ibnu Ayyub Qayyim al-Jauziyah, Ibnu Abd ad-Da`im,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, asy-Syihab al-'Abir, Ibnu asy-Syirazi,
al-Majdu al-Harrani, Ibnu Maktum, al-Kahhali, al-Baha` bin Asakir,
al-Hakim Sulaiman Taqiyyuddin Abu al-Fadhl bin Hamzah, Syarafuddin bin
Taimiyah, saudara Syaikhul Islam, al-Mutha'im, Fathimah binti Jauhar,
Majduddin at-Tunisi, al-Badr bin Jama'ah, Abu al-Fath al-Ba'labaki,
ash-Shaff al-Hindi, az-Zam-lakani, Ibnu Muflih, al-Mizzi.

Muridnya:

Al-Burhan bin al-Qayyim al-Jauzi, putranya Burhanuddin, Ibnu Katsir,
Ibnu Rajab, Syarafuddin bin al-Qayyim, putranya Abdullah bin Muhammad,
as-Subki, Ali bin Abdul Kafi bin Ali bin Tamam as-Subki, adz-Dzahabi,
Ibnu Abdil Hadi, an-Nabulsi, al-Ghazi, al-Fairuz Abadi al-Muqri.

7. HAJI DAN MUJAWARAH YANG DILAKUKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Dr. Bakar Abu Zaid mengatakan,

Murid terdekatnya, al-Allamah Ibnu Rajab 5 menyebutkan kepada kita
bahwa syaikhnya, Ibnu al-Qayyim 5 berhaji beberapa kali dan bermukim
sementara waktu di Makkah. Lalu dia menga-takan, Dia haji berkali-kali
dan bermukim sementara waktu di Makkah. Penduduk Makkah membicarakan
tentangnya, karena kegigihannya beribadah dan banyak melakukan thawaf,
sebagai suatu yang menakjubkan.

Ibnu al-Qayyim menyebutkan di sejumlah kesempatan dalam kitabnya
tentang sebagian ihwalnya, saat dia berada di Makkah –semoga Allah
senantiasa menyucikan dan mengaman-kannya–, di antaranya sebagai
berikut: 1. Dia menulis kitabnya, Miftah Dar as-Sa'adah wa Mansyur
Wilayah al-Ilm wa al-Iradah, saat bermukimnya di Makkah –semoga Allah
memeliharanya–. Dia mengatakan di akhir mukadimahnya, Ini adalah
sebagian hidangan dan hadiah yang telah Allah bukakan kepadaku ketika
aku memfokuskan diri untukNya di sisi BaitNya, menjatuhkan diri di
pintuNya dalam keadaan miskin lagi hina, mengharapkan hembusan dan
kekuatanNya di BaitNya, baik pagi maupun petang. Maka dia pun (yakni
dirinya) tidak terelakkan untuk mengutarakan segala hajatnya, dan
menggantungkan harapannya kepadaNya. Lalu dia memasuki pagi dalam
keadaan bermukim di pintuNya, dan singgah di tempat naunganNya.

2. Dia mencari kesembuhan dengan air Zamzam. Dia menga-takan, Pada
saat aku bermukim di Makkah, aku terkena berma-cam-macam penyakit,
sedangkan di sana tidak ada tabib dan tidak ada obat-obatan
sebagaimana di kota-kota lainnya. Maka aku ber-obat dengan madu dan
air Zamzam, ternyata aku melihat suatu yang menakjubkan di dalamnya
berupa kesembuhan.

3. Dia mengobati dirinya dengan ruqyah dan minum air Zamzam. Dia
mengatakan dalam kitabnya, Madarij as-Salikin, saat membicarakan
tentang ruqa (jamak dari ruqyah), Aku telah men-coba hal itu pada
diriku dan pada orang selainku perkara-perkara yang menakjubkan,
terutama saat bermukim di Makkah. Aku mengalami penyakit yang
mengganggu hingga nyaris aku tidak bisa bergerak, dan hal itu terjadi
pada saat thawaf dan selainnya. Aku pun bersegera membaca al-Fatihah,
dan mengusapkannya pada tempat yang sakit, ternyata seakan-akan
kerikil jatuh. Aku telah mencoba hal itu berkali-kali.

Aku mengambil sewadah air Zamzam, lalu aku membacakan al-Fatihah
padanya dan meminumnya, ternyata dengan hal itu aku mendapatkan
manfaat dan kekuatan yang belum pernah aku jumpai sebagai obat serta
perkara yang lebih besar daripada itu. Tetapi itu tergantung kekuatan
iman dan keyakinan yang benar. Hanya Allah-lah tempat untuk dimohon
pertolonganNya.

4. Tafa`ul (optimisme)nya tatkala putranya tersesat jalan pada hari Tarwiyah.

Dia mengatakan dalam Miftah Dar as-Sa'adah di akhir pem-bahasan
tentang fa`l (optimisme), Aku kabarkan kepadamu tentang diriku
mengenai kasus ini, yaitu aku kehilangan salah satu anakku pada hari
Tarwiyah di Makkah, sedangkan dia masih anak-anak. Aku berusaha
mencari-nya, dan memanggilnya di semua rombongan hingga waktu hari
kedelapan, ternyata aku tidak mendapatkan beritanya. Aku pun putus asa
karenanya, maka seseorang berkata kepadaku, 'Ini adalah kelemahan,
naiklah dan masuklah sekarang ke Makkah lalu carilah.' Aku pun menaiki
kuda, ternyata aku menjumpai segolongan orang berbincang-bincang dalam
kegelapan malam di jalan. Salah satu dari mereka mengatakan, 'Suatu
kampung telah kehilangan sesuatu lalu aku menemukannya.' Aku tidak
tahu, apakah selesainya kata-katanya itu lebih cepat ataukah
didapatinya anak itu pada sebagian penduduk Makkah, lalu aku
mengenalinya lewat suaranya.

8. KARYA TULIS IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH 5 YANG SUDAH DICETAK

1. Ijtima' al-Juyusy al-Islamiyyah 'ala Ghazwi al-Mu'aththilah wa
al-Jahmiyyah, dicetak di India pada 1314 H., kemudian dicetak di Mesir
pada 1351 H.

2. Ahkam Ahl adz-Dzimmah, dicetak dengan tahqiq Shubhi ash-Shalih
dalam dua jilid.

3. Asma` Mu`allafat Ibnu Taimiyah, risalah ini dicetak dengan tahqiq
Shalahuddin al-Munajjid.

4. I'lam al-Muwaqqi'in an Rabb al-Alamin, dicetak dalam empat jilid di
percetakan al-Muniriyah dan percetakan as-Sa'adah.

5. Ighatsah al-Lahfan min Mashayid asy-Syaithan, dicetak berkali-kali
dalam dua jilid.

6. Ighatsah al-Lahfan fi Hukm Thalaq al-Ghadhban, dicetak dengan
tahqiq Muhammad Jamaluddin al-Qasimi. 7. Bada`i' al-Fawa`id, dicetak
di Mesir pada percetakan al-Mu-niriyyah dengan tanpa tanggal, dan ini
empat juz dalam dua jilid.

8. At-Tibyan fi Aqsam al-Qur`an, dicetak beberapa kali.

9. Tuhfah al-Maudud fi Ahkam al-Maulud, dicetak beberapa kali, di
antaranya dua cetakan bertahqiq: salah satunya cetakan Abdul Hakim
Syarafuddin al-Hindi 380 H., dan kedua, dengan tahqiq Abdul Qadir
al-Arna`uth, 391 H.

10. Tahdzib Mukhtashar Sunan Abi Dawud, dicetak bersama Mukhtashar
al-Mundziri, dan syarahnya (Ma'alim as-Sunan), karya al-Khaththabi
dalam delapan jilid kecil.

11. Jala` al-Afham fi ash-Shalah wa as-Salam ala Khair al-Anam.

12. Hadi al-Arwah ila Bilad al-Afrah, dicetak di Mesir berkali-kali.

13. Hukm Tarik ash-Shalah, dicetak berkali-kali di Mesir.

14. Ad-Da` wa ad-Dawa`, dicetak dengan judul al-Jawab al-Kafi Liman
Sa`ala an ad-Dawa` asy-Syafi.

15. Ar-Risalah at-Tabukiyyah, dicetak di percetakan as-Salafiy-yah di
Mesir 1347 H.

16. Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin, dicetak per-tama
kalinya di percetakan as-Sa'adah, Mesir, 1375 H.

17. Ar-Ruh, dicetak berkali-kali.

18. Zad al-Ma'ad fi Hadyi Khair al-Ibad, dicetak berkali-kali dalam
empat jilid, dan terakhir dicetak dalam lima jilid.

19. Syifa` al-Alil fi Masa`il al-Qadha` wa al-Qadar wa al-Hikmah wa
at-Ta'lil, dicetak dua kali.

20. Ath-Thibb an-Nabawi, dicetak secara tersendiri dua kali, dan ini
diambil dari Zad al-Ma'ad.

21. Thariq al-Hijratain wa Bab as-Sa'adatain, dicetak berkali-kali.

22. Ath-Thuruq al-Hakimah fi as-Siyasah asy-Syar'iyyah, dicetak berkali-kali.

23. Uddah ash-Shabirin wa Dzakhirah asy-Syakirin, dicetak ber-kali-kali.

24. Al-Furusiyyah, dan ini adalah ringkasan dari al-Furusiyyah asy-Syar'iyyah.

25. Al-Fawa`id, dan ini bukan Bada`i' al-Fawa`id, dicetak per-tama
kalinya di percetakan al-Muniriyyah. 26. Al-Kafiyah asy-Syafiyah fi
al-Intishar li al-Firqah an-Najiyah, dicetak berkali-kali dan masyhur
dengan nama an-Nuniyyah.

27. Al-Kalim ath-Thayyib wa al-Amal ash-Shalih, dicetak berkali-kali
di Mesir dan India, dengan nama al-Wabil ash-Shayyib min al-Kalim
ath-Thayyib.

28. Madarij as-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na'bud wa Iyyaka Nasta'in,
dicetak berkali-kali dalam tiga jilid dengan nama ini. Ini adalah
syarah Manazil as-Sa`irin, karya Syaikhul Islam al-Anshari.

29. Miftah Dar as-Sa'adah wa Mansyur Wilayah al-Ilm wa al-Iradah,
dicetak berkali-kali. Kitab ini berisikan tentang mengetahui ilmu dan
keutamaannya, mengetahui hikmah Allah pada pencipta-anNya dan
hikmahNya dalam tasyri'Nya, serta mengenal kenabian dan kebutuhan yang
sangat besar kepadanya.

30. Al-Manar al-Munif fi ash-Shahih wa adh-Dha'if, dicetak
ber-kali-kali, dan dicetak dengan nama al-Manar.

31. Hidayah al-Hayara fi Ajwibah al-Yahud wa an-Nashara, dicetak berkali-kali.

9. WAFAT IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH

Dia 5 wafat pada malam Kamis, 13 Rajab waktu adzan Isya 751 H. dalam
usia 60 tahun, semoga Allah merahmatinya. Dia dishalatkan keesokan
harinya setelah shalat Zhuhur di al-Jami' al-Umawi, kemudian di Jami'
Jarrah, dan manusia berdesak-desakan untuk melayat jenazahnya.

Ibnu Katsir mengatakan, Jenazahnya disaksikan oleh penuh manusia,
disaksikan para qadhi, para tokoh, dan orang-orang shalih, baik dari
kalangan khusus maupun umum. Orang-orang berdesak-desakan untuk bisa
memikul kerandanya.

Dia dimakamkan di Damaskus, di pekuburan al-Bab ash-Shaghir di sisi
ibunya –semoga Allah merahmati keduanya–. Seba-gian muridnya
menyebutkan bahwa tidak lama sebelum kematian-nya, dia bermimpi
melihat Syaikh Taqiyyuddin, dan bertanya kepadanya tentang
kedudukannya, maka Syaikh mengisyaratkan ketinggian kedudukannya
melebihi kedudukan para tokoh, kemu-dian mengatakan, 'Engkau sebentar
lagi akan menyusul kami, tetapi engkau sekarang berada pada tingkatan
Ibnu Khuzaimah.' Wallahu a'lam.

Sumber darulhaq.com

Jumat, 06 September 2013

Insya Allah Segalanya Ada Jalan

Oleh HM Rizal Fadillah

Ketika kau tak sanggup melangkah
Hilang arah dalam kesendirian
Tiada mentari bagai malam yang kelam
Tiada tempat untuk berlabuh
Bertahan terus berharap Allah selalu di simu".
"Insya Allah, Insya Allah, Insya Allah ada jalan". (syair lagu Maher
Zain)

Rasa yakin akan dekatnya pertolongan Allah tidaklah mudah. Sering masalah
yang ada ditanggapi dengan jiwa yang frustrasi. Tak ada harapan.
Seolah-olah dirinya adalah orang yang paling malang dalam kehidupan.
Bagai syair lagu Hamdan ATT "Aku merasa orang termiskin di dunia//Yang
penuh derita bermandikan air mata".

Ketika sakit , dia merasakan seolah olah tak ada orang lain yang lebih
menderita selain dirinya. Ketika usaha jatuh dan dililit hutang, ia pun
mengeluh betapa pedih kehidupan ini. Ketika berurusan dengan masalah
hukum, Allah didakwa telah menganiaya dirinya. Mengapa yang lain yang
melakukan hal yang sama ternyata dapat selamat dari jerat hukum, lalu
berteriak "Di mana keadilan?"

Bagi orang yang beriman tentu segala kesulitan ada hikmah dan maknanya.
Sakit dapat menjadi penghapus dosa dan penambah pahala. Usaha bangkrut
dapat menjadi penguat mental untuk bangkit untuk keberuntungan yang lebih
besar. Begitu juga hukuman adalah pintu taubat agar kelak menjadi hamba
yang lebih waspada dan banyak beramal.

Kita ingat ucapan dan doa Nabi Ayub saat ditimpa sakit berat yang
menyedihkan, harta habis dan dihinakan, ditinggal sendirian oleh teman,
kerabat, serta sanak keluarga. Istrinya pun hengkang. Beliau berkata,
"Sungguh aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Maha Pengasih dan Maha
Penyayang" (QS AL Anbiyaa 83).

"Wa anta arhamur roohimiin" Engkau yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
!. Ini adalah kalimat yang menghidupkan cahaya lampu di kegelapan malam.
Menjadi pengangkat harkat dari jurang yang dalam. Menjadi penuntun
langkah kaki yang terseok-seok dan jatuh bangun. Allah lah pemberi jalan,
bukan yang lain. "Adakah yang lain yang mengabulkan permohonan orang yang
ditimpa kesulitan ketika berdoa, meghilangkan keburukan, dan menjadikan
kalian sebagai khalifah di bumi? Adakah Tuhan selain Allah? Sedikit
sekali yang ingat" (QS An Naml 62).

Sesulit apapun yang dirasakan, prasangka kepada Allah harus tetap
positif, karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Diawali dengan
prasangka baik terhadap apa yang menimpa kita, dilanjutkan dengan
kesungguhan berikhtiar di jalan-Nya, insya Allah ada jalan.

"Barangsiapa bersungguh-sungguh (berikhtiar) dijalan Kami, maka Kami
akan tunjukan jalan-jalan-Nya dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang berbuat baik" (QS Al Ankabuut 69).

Dari Al Fudhail bin Iyadl, syaikhul Haram Al Makki, ia berkata ada
keluarga yang terhimpit kesulitan hidup menjual alat tenun barang
berharga terakhir milik mereka. Suaminya sepulang menjual barang seharga
satu dirham tersebut bertemu dengan dua orang yang sedang bertengkar
hebat.

Ketika ia bertanya "Ada apa?" Orang menyampaikan bahwa keduanya sedang
memperebutkan uang satu dirham! Maka ia berikan uang hasil penjualan alat
tenunnya. Kini ia tak memiliki apa-apa lagi.

Sesampai di rumah dikabarkan kepada istrinya peristiwa yang terjadi.
Meski kecewa tapi istrinya memahami dan bersabar. Dikumpulkan perkakas
rumah tangga sederhana yang masih tersisa, lalu dibawa suaminya untuk
dijual kembali, ternyata kemana-mana tidak laku.

Kemudian ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar
bau busuk. Orang itu berkata kepadanya, "Engkau membawa sesuatu yang tak
laku demikian juga dengan aku, maukah kita bertukar barang dagangan?"
Lalu iya mengiyakan.

Sesampai d irumah, diminta istrinya untuk bertawakal kepada Allah dan
segera memasak. "Istriku, segera masaklah ikan busuk ini, kita hampir tak
berdaya karena lapar!"

Namun apa yang terjadi ketika istrinya membelah ikan tersebut, dari
perutnya keluar benda yang ternyata itu adalah mutiara. Dibawanya ke
tempat kawannya seorang pedagang perhiasan, ternyata kawannya tersebut
berani membeli mutiara itu dengan harga empat puluh ribu dirham!.

Turn to Allah He's never far away
Put your trust in Him, raise your hands and pray
Insya Allah we'll find our way.....
We'll find our way.
Insya Allah, insya Allah ada Jalan!






Redaktur : Heri Ruslan
sumber : REPUBLIKA.CO.ID,

Rabu, 04 September 2013

PENDIDIKAN ISLAM : MASALAH KENAKALAN REMAJA DAN SEKELUMIT SOLUSINYA

Oleh : Muhammad A. Samaa'un

MASALAH REMAJA

Remaja bukan anak-anak tetapi juga bukan orang dewasa. Mereka punya
pola pikir seperti orang anak-anak akan tetapi mempunyai kondisi
fisik dan emosional layaknya orang dewasa . Bisa diartikan begini jika
seorang remaja mempunyai masalah maka mereka merespon masalah itu
seperti orang dewasa seperti dengan indikasi stress bingung, pusing
mendramatisir dan sebagainya berbeda sekali dengan anak-anak jika
mereka terkena masalah mereka hanya bisa menangis dan sesudah itu
selesai seakan-akan tak pernah kena masalah. Namun berbeda dengan
remaja jika mereka terkena masalah lalu mereka tidak bisa
memecahkannya mereka akan frustasi, jika akhlak mereka tidak dibimbing
dengan agama yang benar maka pelampiasannya kedalam hal-hal yang
negatif seperti merokok, mabuk, mengkonsumsi narkoba,dsb. Biasanya ada
beberapa penyebab munculnya masalah yang akhirnya mempengaruhi
kehidupan remaja kita:
1. Tuntutan sekolah dan frustasi
2. Pikiran-pikiran dan perasaan negatif tentang diri sendiri.
3. Perubahan pada tubuh (fisik dan emosional)
4. Masalah dengan lingkungan dan teman sebaya atau mungkin semacam
teman dekat (pacar)
5. Perpisahan dan perceraian orang tua.
6. Penyakit kronis yang dialami.
7. Meninggalnya orang-orang yang disayangi.
8. Perpindahan ke komunitas yang baru.
9. Pindah sekolah.
10. Terlalu banyak aktivitas atau harapan-harapan yang terlalu tinggi.
11. Masalah finansial ( Ekonomi )keluarga.
12. 1001 masalah yang membebani jiwa mereka, sementara mereka tidak
mampu mengatasinya sendiri.


Beberapa remaja menjadi terbebani dengan berbagai masalah tersebut
diatas. Beberapa tindakan yang dilakukan remaja ketika mengalami
masalah:
• Mengasingkan diri.
• Lepas kontrol/melakukan tindakan kriminal
• Menyalahkan orang lain.
• Mudah menyerah
• Gampang Emosional



SOLUSI KENAKALAN REMAJA

Oleh karena terlalu maraknya tindakan kriminal dewasa ini dan 'tokoh
utamanya' adalah remaja. Maka tidak heran lagi semua masalah itu
sebenarnya berawal dari lingkungan keluarga yang tidak peduli dengan
keadaan mereka / sibuk dengan urusan bisnis, orang tua acuh tak acuh
dengan kondisi psikis mereka, belum lagi bekal ilmu agama yang sangat
kurang. Sebenarnya mereka melakukan tindakan kriminal bukanlah sebab
kemauan mereka. Mereka melakukan semua itu hanyalah sebagai
pelampiasan supaya mereka ada yang memperhatikan keberadaan mereka dan
peduli dengan nasib mereka. Istilahnya cari-cari perhatian walaupun
caranya salah. Karena dilingkungan keluarga mereka tidak mendapatkan
kasih sayang yang seharusnya. Sehingga mereka melakukan tindakan
kriminalisme sebenarnya hanyalah untuk mendapatkan perhatian dari
lingkungan mereka. Beberapa solusi yang mungkin bisa mengurangi angka
kriminal oleh para remaja dewasa ini adalah :

Pertama, Pembekalan Ilmu Agama. Ilmu agama sangat penting sekali untuk
membentuk mental dan kejiwaan manusia sehingga meluruskan perilaku
mereka sesuai fitrah yang dikehendaki Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu
bekal ilmu agama yang cukup sangat penting untuk membentuk kejiwaan
mereka sehingga mereka menjadi manusia bermental stabil dan bertakwa
kepada Allah SWT ketika menginjak usia dewasa kelak.

Kedua, Kemudian tak kalah pentingnya adalah perhatian dari kedua orang
tua kepada mereka, diharapkan supaya orang tua menjadi tempat curahan
uneg-uneg yang membelenggu benak mereka yang bila tak terarahkan akan
menjadi racun bagi pikiran mereka untuk kemudian menjadi pendorong
melakukan tindakan kriminal sebagai bentuk protes terhadap lingkungan
mereka yang tidak mau memperhatikan mereka. Menjadi orang tua itu
susah-susah gampang. Bagi mereka yang mempunyai anak remaja pasti
banyak mengeluh tentang kebandelan anak-anak mereka. Itu amat wajar.
Karena masa ini adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa
sehingga mereka bermental sangat labil dan mudah terpengaruh
emosional. Orang tua tidak perlu memaksa anak melakukan ini dan itu.
Hanya perlu diarahkan dan disadarkan pelan-pelan supaya ia mengerti
dan dapat meluruskan perilakunya dan terbiasa dengan hal-hal yang
baik. Tidak kalah penting adalah perhatian dan pendidikan islam sejak
dini dari lingkungan keluarga. Karena jika anak terbiasa dengan
ilmu-ilmu dan tradisi agama yang baik maka kelak ia remaja akan selalu
berpikir dua kali untuk melakukan hal yang sekiranya bertentangan
dengan agama. Pendidikan agama yang dimulai setelah anak menginjak
usia remaja maka itu akan lebih sulit dicerna pemikiran mereka. Karena
mereka berpikir bahwa kebebasan itu perlu mereka dapatkan karena
mumpung masih muda, mereka bahkan bisa menganggap agama itu hanya
sekedar 'ceramah' yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Itu
karena perkembangan emosional mereka jauh lebih besar daripada akal
pemikiran mereka. Sedangkan jika ilmu agama dibekalkan kepada anak
sejak dini maka insyaAllah ilmu agama akan menjadikan jiwanya lurus
sampai ia berumur dewasa kelak.

Ketiga, Partisipasi dari pihak-pihak sekolah dan tokoh masyarakat
sekitar untuk bisa memberi motivasi-motivasi yang berharga untuk
kehidupan mereka dan memberikan bekal ilmu dan akhlak yang cukup
kepada remaja. Kemudian juga diharapkan pihak sekolah dan masyarakat
mau meluangkan waktunya setelah jam pulang sekolah untuk memberikan
kegiatan-kegiatan ekstra yang bersifat mendidik jiwa sosial dan mental
mereka. Bahkan lebih penting lagi kajian-kajian agama yang mungkin
dapat memberikan solusi bagi masalah mereka.

Karena seperti kata pepatah "kejahatan terjadi karena niat dan
kesempatan". Umur seusia remaja adalah umur yang sangat banyak
lowongnya dibandingkan dengan sibuknya. Jika mereka mengalami
kebosanan maka yang terjadi menggunakan waktu lowong mereka untuk hal
yang menyimpang, mungkin mereka anggap itu hiburan padahal dampaknya
buruk bagi dirinya dan lingkungannya. Karena kita pahami seorang
remaja mempunyai mental pola pikir anak-anak namun respon emosionalnya
seperti orang dewasa sehingga mereka berpikir sekali saja untuk
melakukan sesuatu tanpa memandang sebab akibatnya.

Mengambil sebuah nasehat dari seorang ulama besar islam mengatakan
bahwa barangsiapa tidak tersibukkan waktunya untuk kebaikan maka
niscaya ia akan tersibukkan dengan hal-hal yang munkar atau minimal
hal yang sia-sia. Oleh karena masa remaja adalah sebuah masa paling
'indah' dan bahagia serta penuh kebebasan maka bila tidak terarahkan
dengan benar maka yang terjadi adalah mereka melampiaskan waktu mereka
yang lowong untuk hal yang tidak bermanfaat bahkan merusak diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Manusia dikaruniai fisik yang kuat
dan masa yang bebas dan kehidupan yang paling senang (tanpa masalah)
adalah pada saat ia menginjak usia remaja. Akan tetapi semua itu hanya
terror bagi masyarakat bila moral remaja rusak. Oleh karena itu
seyogyanya kita umat islam peduli dengan masalah mereka. Karena mereka
adalah penerus umat islam untuk kedepannya.

Wallahu'alam


Refrensi berbagai sumber